Tingkatkan Kesejahteraan Petani, Asian Agri Luncurkan Kemitraan One to One

Jumat, 14 Juli 2017

Sejalan dengan program Pemerintah Indonesia dalam mewujudkan kemandirian pangan dan kesejahteraan petani, Asian Agri memperluas kemitraan dengan petani swadaya melalui Komitmen  Kemitraan One to One. Dengan berfokus pada peningkatan produktivitas dan pemberdayaan petani, Asian Agri menargetkan pengelolaan kebun sawit petani mencapai 100.000 hektar pada tahun 2018. Petani kelapa sawit memiliki peran penting dalam mendukung praktik perkebunan yang berkelanjutan. Untuk menjalankan peran itu, kebanyakan petani memiliki keterbatasan dalam berbagai hal seperti minimnya pengetahuan akan pengelolaan perkebunan yang ramah lingkungan, termasuk praktik tanpa bakar, pemilihan bibit dan perawatannya, serta pemanfaatan limbah untuk pupuk dan bahan baku energi. Kontribusi petani juga menjadi tantangan tersendiri bagi keberlanjutan industry kelapa sawit nasional. Omri Samosir, Regional Head Asian Agri wilayah Riau mengungkapkan, bahwa menjalin sebuah kemitraan bukan hanya dilakukan untuk menambah luasan areal, tetapi juga untuk dapat meningkatkan kualitas produksi para petani mitra. “Kami menerapkan program kemitraan yang saling membangun, member manfaat dan adaptif terhadap kondisi sosial, ekonomi dan budaya para petani setempat. Program ini juga mendorong terwujudnya kemandirian pangan melalui praktik perkebunan yang berkelanjutan melalui pemberdayaan dan pendampingan petani.” Berbekal pengalaman kemitraan dengan petani plasma lewat program PIR-Trans sejak tahun 1987, Asian Agri terus mengembangkan kemitraan dengan petani swadaya sejak tahun 2012. Saat ini Asian Agri mengelola kebun inti perusahaan seluas 100.000 hektar dan bermitra dengan petani plasma yang mengelola lahan seluas 60.000 hektar dan petani swadaya yang mengelola 25.000 hektar lahan kelapa sawit, yang tersebar di Provinsi Sumatera Utara, Riau dan Jambi. Sebagai salah satu provinsi yang menjadi produsen kelapa sawit nasional terbesar di Indonesia, petani  kelapa sawit di Riau merupakan cerminan pentingnya peran petani sawit dalam mendukung keberlanjutan industry kelapa sawit nasional. Menurut data Statistik Perkebunan Indonesia 2014-2016 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan, dari total 2.462.095 hektar lahan kelapa sawit, sebanyak 1.441.705 hektar dikelola oleh para petani, 931.662 hektar dikelola oleh perusahaan swasta, dan sisanya milik negara. Potensi besar dapat dilihat dari angka produksi yang dihasilkan. Dari total 1,4 juta hektar lahan kelapa sawit, produksi  petani hanya  mencapai  3.852.473  MT per tahun. Hal ini sedikit berbeda dengan perusahaan swasta yang dengan 900 ribu hektar mampu menghasilkan 3.591.262 MT per tahun. Selisih ini menunjukkan adanya potensi besar yang harusnya dapat dimanfaatkan melalui kemitraan dengan petani dalam mengelola kebun kelapa sawit. Pengarapen Gurusinga, Head Kemitraan Asian Agri menjelaskan, bahwa pembinaan terhadap petani swadaya bertujuan meningkatkan produktivitas kebun sawit mereka. “Sebelumnya, para petani swadaya ini ada yang hanya mengirim Tandan Buah Sawit (TBS) dan belum bermitra. Hubungan yang terjalin sebatas kepentingan jangka pendek, yakni jual-beli TBS.” jss