Di Banten, Putri Ong Tin Dinikahi Sunan Gunung Jati

Jumat, 16 Februari 2018

Di Banten, salah satu vihara yang ramai dikunjungi warga etnis Tionghoa saat Imlek adalah Vihara Avalokiteswara. Vihara itu terletak di Desa Pabean, Kecamatan Kasemen, Kota Serang. Ada kisah menarik di balik sejarah Vihara Avalokiteswara yang kini menjadi simbol kerukunan antar umat beragama di Banten itu. Etnis Tionghoa di Banten ikut memajukan perdagangan di Kesultanan Banten, dengan Pelabuhan Karangantu yang  terkenal itu. Ini menarik minat  saudagar dari berbagai negara, seperti Tionghoa, Arab, dan Eropa, untuk datang ke Banten. Salah satunya adalah Putri Ong Tien Nio, puteri Kaisar Hong Gie dari Dinasti Ming. Kala itu, putri Ong Tin Nio bersama anak buah kapal memutuskan bermalam di Pamarican, Kampung Pamarican, Kecamatan Kasemen, Kota Serang.  Saat itu daerah sini banyak merica. Alasan Putri Ong Tin Nio bermalam di Pamarican karena persediaan di kapal semakin menipis. Tidak cukup bekal untuk melanjutkan perjalanan dari Tiongkok menuju Surabaya. Beberapa hari menginap, siapa sangka ternyata sang putri merasa betah di Pamarican. Hingga, sang putri memutuskan untuk menetap. Tapi, kedatangan Putri Ong membuat warga sekitar resah. Mereka merasa terganggu. Keberadaan sang putri dianggap sebagai ancaman yang bisa merusak tradisi dan kepercayaan masyarakat sekitar. Terlebih, Putri Ong, juga membangun vihara yang pada awalnya berada di bekas kantor bea (douane) yang digunakan untuk sembahyang warga Tionghoa. Alhasil, masyarakat di Banten kala itu sempat ingin mengusir warga Tionghoa, karena dikhawatirkan bakal merusak keimanan masyarakat Islam di Banten. Saat itulah figur Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati muncul mengambil peran. Dia berinisiatif memediasi ketegangan antara warga Banten dengan sang putri. Sunan Gunung Jati sempat menegur masyarakat Banten, karena memaksa warga pendatang harus memeluk Islam. Itu mengingat hakikatnya tidak ada paksaan dalam beragama. Meski begitu, Sunan Gunung Jati juga menawarkan kepada Putri Ong Tin Nio dan rombongannya, untuk memeluk Islam tanpa paksaan. Salah seorang pengawal Sunan Gunung Jati menyarankan agar Putri Ong menjadi mualaf dan menikah dengan Sunan Gunuing Jati. Itu, agar masyarakat setempat bisa menghormati sang Putri. Pertemuan itu sempat membuat Putri Ong 'galau'. Apakah akan menerima tawaran Sunan Gunung Jati untuk memeluk agama baru dan menikah dengannya, atau tidak. Itu karena ternyata, diam-diam Putri Ong juga menaruh hati pada Sunan Gunung Jati Hingga pada suatu hari, Putri Ong dan rombongannya memutuskan untuk memeluk Islam. Momen itu pun disaksikan langsung oleh Sunan Gunung Jati, sebelum akhirnya Sunan Gunung Jati menikahi Putri Ong. Untuk menyimbolkan persatuan antara dua agama dan dua kebudayaan yang berbeda, maka Sunan Gunung Jati membangun Masjid Agung Banten Lama dan Vihara Avalokitesvara secara berdampingan. Itu terjadi pada tahun 1952 Masehi. Posisinya yang dekat (Vihara dan Masjid) menandakan hubungan harmonis antara etnis Tionghoa dan penduduk setempat yang memeluk Islam. ir/jss