Cheng Beng Itu Bulan Pantangan Buka Usaha

Kamis, 15 Februari 2018

Buah Nanas dan Rumput Jepang adalah persembahan yang  ditanam  di atas pusara leluhur. Ini biasanya dilakukan oleh orang-orang yang mampu. Menurut Suhu Acai, menanam  Rumput Jepang dan nanas ini ada maknanya. Selain bentuk penghormatan kepada orang yang telah meninggal, tumbuhan ini juga melambangkan kejayaan Disinilah peran keluarga yang masih hidup dalam bulan Cheng Beng dituntut  membersihkan dan merawat makam leluhurnya. Seperti makam kakek, orangtua kandung, dan saudara. Tak terkecuali Suhu Acai,  jika datang bulan Cheng Beng, dia dan keluarga tak menunda-nunda untuk melaksanakan sembahyang kuburan. Baginya, ini keharusan. Karena kegiatan ini sudah dilaksanakan nenek moyang Tionghoa sejak ribuan tahun. Di Indonesia tradisi ritual Cheng Beng belum dikenal begitu luas. Hanya sebagian masyarakat saja yang pernah mengetahui dan mendengar kebudayaan Tionghoa ini. Namun bagi dunia luar, ritual ini sudah dikenal luas. Pada saat datang bulan Cheng Beng masyarakat Tionghoa yang merantau di berbagai belahan dunia akan mudik. Pulang kampung untuk  melaksanakan sembahyang kuburan. Mereka  sengaja memanfaatkan bulan ini untuk mengabdi pada leluhur. "Segala kegiatan bisnis dan usaha mereka tinggalkan di bulan Cheng Beng. Ada keyakinan, bahwa di bulan Cheng Beng tidak baik membuka usaha baru dan mendirikan bangunan.  Bahkan, secara lisan ini sudah menjadi larangan. Ini dipercaya masyarakat Tionghoa," jelas Suhu Acai. Sebagai Suhu yang berhasil menggolkan Imlek sebagai hari libur nasional, dirinya memiliki beban moral untuk mengembangkan tradisi Cheng Beng ini lebih luas lagi di Nusantara ini. sa/jss