Habis Imlek dan Cap Go Meh, Menyusul Ceng Beng

Rabu, 14 Februari 2018

Cheng Beng adalah salah satu dari 24 Jieqi yang ditentukan berdasarkan posisi bumi terhadap matahari. Pada Kalender Gregorian Awal (bukan akhir) Cheng Beng jatuh pada tanggal 5 April atau 4 April. Kata dari Cheng berarti cerah dan Beng artinya terang sehingga bila digabungkan, Chengbeng berarti terang dan cerah. Chengbeng saat ideal untuk berziarah. Membersihkan makam karena cuaca yang bagus (cuaca cerah, langit terang). Apalagi pada zaman dulu lokasi pemakaman cukup jauh dari tempat pemukiman. Menurut Suhu Acai, demi menjalankan sembahyang kubur, orang yang tinggal jauh dari kampung halamannya akan berusaha pulang kampung. Itu khusus untuk melakukan upacara penghormatan para leluhur. Sejarah tradisi ini pun sulit dilacak kapan dimulainya. Ini, kata suhu, sudah menjadi tradisi sejak nenek moyang etnis Tionghoa. Saking lamanya tradisi itu, jadi sulit untuk dilupakan, meski sudah dalam peradaban moderen. Dalam catatan sejarah yang pernah dia baca, pada dinasti Zhou tradisi ini bermula. Awalnya tradisi ini merupakan suatu upacara yang berhubungan dengan musim dan pertanian serta pertanda berakhirnya hawa dingin dan dimulainya hawa panas. Ada sebuah syair yang menggambarkan bagaimana Cheng Beng itu. “Sehari sebelum Cheng Beng tidak ada api, atau yang sering disebut Hanshijie (han: dingin, shi: makanan, jie: perayaan/festival). Hanshijie adalah hari untuk memperingati Jie Zitui yang tewas terbakar di Gunung Mianshan. Jin Wengong (raja muda Negara Jin pada periode Chunqiu akhir dinasti Zhou), memerintahkan rakyat untuk tidak menyalakan api pada hari tewasnya Jie Zitui. Semua makanan harus dimakan dalam kondisi dingin. Maka kemudian disebut perayaan makanan dingin. sa/jss