Banyak Pasar Baru, Petani Sawit Malaysia 'No Reken' Larangan Uni Eropa

Rabu, 14 Februari 2018

PEKANBARU-Petani kelapa sawit Malaysia 'no reken' (tidak perduli) dan tidak terganggu adanya diskriminasi yang dilakukan negara-negara Uni Eropa terhadap minyak sawit yang ditolak masuk mulai tahun 2020. Kendati Pemerintah Malaysia sadar bahwa kebijakan Uni Eropa itu bisa mempengaruhi mata pencaharian sebagian besar petani kecil, namun langkah antisipatif yang dilakukan berhasil meredam kepanikan petani sawit. Niam Saw York, petani kecil  di Sabak Bernam mengatakan, bahwa langkah yang diambil Parlemen  Uni Eropa tidak akan membahayaka pemilik lahan kelapa sawit kecil seluas 12 sampai 14 hektar. Sebab dia yakin tujuan ekspor Malaysia  tidak hanya ke Uni Eropa, tetapi juga ke Pakistan, India, Timur Tengah, dan China. “Saya malah tidak menyadari, bahwa negara-negara Eropa mengimpor sejumlah minyak sawit juga. Apalagi ini bukan pertama kalinya saya mendengar isu boikot seperti ini dibesarkan.  Jadi saya tidak terkejut dengan tren seperti ini, “ ungkapnya. Musa Omar dari Jengka mengatakan, dia yakin larangan itu merupakan bagian dari agenda untuk membahayakan industri kelapa sawit dalam negeri. Sedang menurut Abdul Jalil Aziz, dia tidak tahu apakah larangan minyak sawit yang dilakukan oleh Uni Eropa akan berpengaruh kepadanya atau tidak. “Tapi yang jelas kami juga menjual kelapa sawit  ke China, India dan Pakistan. Jadi kami tidak akan takut dengan ancaman Uni Eropa itu,” katanya.. Menyikapi alasan Uni Eropa melarang minyak sawit, Pemerintah Malaysia telah mengumumkan, bahwa pelaksanaan wajib MSPO akan berlangsung pada akhir tahun 2019 nanti. Pemerintah juga telah menetapkan target untuk memastikan bahwa sekitar 500.000 hektar perkebunan kelapa sawit disertifikasi oleh MSPO pada akhir tahun. emilly/mpoc