Burung Bayan keasyikan menceritakan kisah-kisah yang penuh teladan. Saat itulah burung Menco menyela. Ia mengajukan sepuluh pertanyaan. Burung Menco seperti hendak menguji si Bayan. Ia meminta Bayan menjelaskan apa maksud dari kesepuluh persoalan yang akan diajukannya itu.
Menco lalu menyebut kesepuluh permasalahan itu satu persatu. Pertama, katanya, apa yang lebih besar dari langit. Kedua, apa yang lebih besar dari bumi. Ketiga, apa yang lebih panas dari api. Keempat, apa yang lebih luas dari samudra. Kelima, apa yang lebih cepat dari angin. Keenam, apa yang lebih keras dari batu. Ketujuh, apa yang beratnya tiada banding. Kedelapan, apa hak bagi manusia. Kesembilan, apa yang menjadi hak Allah. Dan yang kesepuluh, apa kedua hak itu satu yang terbagi dua sama besar.
Bayan Budiman pun tanpa ragu menjawab. Katanya, pertama yang besar dari langit itu ialah orang yang sengsara di dunia dan berdosa besar. Orang jenis ini adalah orang yang musyrik, takabur dan suka berbuat maksiat.
Soal kedua ialah orang yang telah mencapai kesempurnaan sehingga hatinya penuh kesabaran dan tawakkal. Orang jenis ini tidak lagi memiliki hawa nafsu. Ia menyerahkan diri sepenuhnya pada kehendak Allah.
Soal ketiga, yang lebih panas dari api adalah harta benda. Ia bisa menghilangkan cinta kasih dan membuat seseorang berani memenuhi hasrat nafsunya. Lupa diri dan melanggar kewajiban, bahkan berani kepada Allah. Itulah ilmu yakin.
Masalah keempat, yang lebih cepat dari angin ialah doanya orang yang teraniaya, yang difitnah atau dirampok di jalan. Soal kelima, yang lebih besar dari samudra dan isinya adalah orang yang mencapai kemulyaan yang sempurna, wara' dan ahli agama. Ia mempunyai banyak ilmu dengan terus melakukan ijtihad. Hidupnya terpelihara dari segala dosa dan salah.
Sementara masalah keenam, yang lebih keras dari batu adalah hatinya orang atheis atau kafir, dan orang bodoh yang malas berbuat kebajikan. Tidak mau mempelajari kitab tetapi menghormati aji kesaktian. Jika diberi penjelasan dikira menjerumuskan, seperti yang disebut dalil Quran "lamma yatahajjaru minhul anha-r" atau "asyaddu qaswah" dan "minal hijarah".
Orang bodoh itu hatinya lebih keras dari batu, karena batu itu menjadi tunduk kepada Nabi Musa dan bisa dimanfaatkan untuk membuat gedung atau rumah dan masjid. (bersambung)