Masjid Agung Sang Cipta Rasa Dibangun Semalam

Jumat, 09 Februari 2018

Ini masjid istimewa. Siapa pun yang salat di masjid ini, seakan terbawa ke zaman para wali. Tak heran, bila orang dapat berlama-lama salat dengan khusuknya. Ini bangunan suci tinggalan para waliyullah. Konon, pembangunannya hanya satu malam. Masjid Agung Sang Cipta Rasa terletak di Kelurahan Kasepuhan, Kecamatan Lemah Wungkuk, Kota Cirebon, Jabar. Secara fisik, masjid ini terletak di sebelah barat alun-alun Kota Cirebon. Masyarakat setempat kerap menyebutnya Masjid Agung Cirebon saja. Masjid Agung Sang Cipta Rasa didirikan tahun 1498 M oleh Walisanga atas prakarsa Sunan Gunung Jati. Pembangunannya dipimpin Sunan Kalijaga dengan seorang arsitek bernama Raden Sepat. Ia adalah arsitek terkemuka dari Kerajaan Majapahit. Dalam membangun masjid ini, Raden Sepat dibantu 200 orang dari Demak. Masjid ini disebut Sang Cipta Rasa karena terlahir dari rasa dan kepercayaan. Penduduk pada masa itu menyebutnya Masjid Pakungwati. Itu karena dulu, masjid ini terletak dalam kompleks Keraton Pakungwati. Namun dalam perkembangannya, sekarang berada dalam kompleks Keraton Kasepuhan. Konon pembangunan masjid ini hanya memerlukan waktu satu malam. Sebab pada waktu subuh, masjid ini telah dipergunakan untuk salat subuh para Wali. Halaman Masjid Sang Cipta Rasa dikelilingi pagar tembok berhias. Pada bagian tubuh tembok terdapat hiasan belah ketupat dan segi empat yang dikelilingi tonjolan bata berbentuk segi enam (motif bingkai cermin). Puncak tembok terdapat pelipit rata dari susunan bata yang pada bagian atas dan bawahnya kecil. Pada bagian halaman terdapat enam buah pintu. Bentuk pintunya seperti gapura. Pintu gerbang utama sebelah timur dihiasi bentuk sayap tiga tingkat di bagian puncak. Dalam sayap itu ada hiasan berbentuk melengkung. Gapura bagian atas berbentuk setengah lingkaran dengan tulisan Arab. Sedangkan gapura lain berwujud persegi panjang dengan lengkungan. Ruang utama masjid Sang Cipta Rasa disebut Narpati. Ia dikelilingi dinding setinggi 3 meter dengan luas 17,80 X 13,30 meter. Namun, dinding ini tidak sampai ke atap. Sebab fungsinya hanya sebagai pembatas ruang utama dengan serambi yang mengelilingi. Pada dinding terdapat 9 buah pintu dan 44 lubang angin. Kesembilan pintu itu melambangkan jumlah sembilan wali (Walisanga) yang ada di Tanah Jawa. Keunikan masjid ini adalah pada jumlah tiang di ruang utama, yakni sebanyak 30 buah. Bentuknya bulat dengan garis tengah 40 cm. Tiang-tiang yang terbuat dari kayu jati ini berderet dari timur ke barat. Pada dinding barat masjid terdapat bagian menonjol tempat imam yang disebut mihrab. Di kanan kirinya terdapat dua buah tiang berbentuk bulat dengan hiasan kuncup teratai di atasnya. Atap mihrab berbentuk lengkungan yang di tengahnya terdapat motif bunga matahari dengan hiasan lidah api di kanan kiri. Sementara mimbar masjid yang sangat dikeramatkan ini diberi nama Sang Renggakosa. Terletak di utara mihrab dan tidak menempel pada dinding. Bentuknya seperti kursi berukuran 122 X 66 X 230 cm dengan tiga anak tangga. Pada sandaran tangga naik terdapat hiasan bunga teratai dan sulur-sulur. Dan hampir setiap bagian dihiasi ukiran bermotif teratai atau bunga-bungaan dan sulur-suluran. Di mimbar inilah para wali dan Sultan Cirebon kerap memberikan khotbah dan wejangan kepada rakyat. Keunikan lain masjid Agung Sang Cipta Rasa adalah disediakannya tempat salat khusus para Sultan. Bentuknya berupa pagar berbentuk palang kayu yang disebut maksurah. Di dalam ruang utama ini ada dua maksurah berukuran 3 X 2,5 meter. Maksurah Sultan Kasepuhan letaknya di kiri mimbar dengan pintu masuk pada sisi barat. Sedangkan maksurah Sultan Kanoman berada di selatan, dengan pintu masuk di bagian timur. eko/jss