Sunan Ampel Itu Wali Jawa Peranakan China

Selasa, 23 Januari 2018

Sejarah negeri ini masih banyak yang remang-remang. Juga tentang masuknya Agama Islam dan para wali (aulia/kekasih Allah). Prof DR Slamet Iman Santoso menyebut, ternyata para wali itu terbanyak peranakan China. Juga Sunan Ampel yang makamnya hingga kini ramai diziarahi. Dalam berbagai sumber sejarah disebutkan, Sunan Ampel (Raden Rachmat) adalah salah seorang anggota Walisanga. Meski ia ulama pendatang, tokoh ini banyak berjasa dalam syiar agama Islam di Tanah Jawa. Karena berbagai kelebihannya, Sunan Ampel sangat disegani oleh kerabat Kerajaan Majapahit dan Demak Bintoro. Yang tidak kalah menarik, ternyata Sunan Ampel mempunyai nama asli Bong Swi Hoo. Siapa sebenarnya Sunan Ampel alias Raden Rachmat itu? Ternyata Babad Tanah Djawi menyebutkan, bahwa Raden Rachmat adalah putra Makdum Ibrahim dari Campa. Ia adalah kemenakan putri Campa, Dwarawati, yang kawin dengan Prabu Brawijaya. Raden Rachmat mempunyai seorang adik bernama Raden Santri, dan seorang kemenakan bernama Raden Burereh, putra Raja Campa. Suatu saat, mereka bertiga berangkat ke Majapahit untuk mengunjungi putri Dwarawati. Sampai di sana, mereka segera menghadap Prabu Brawijaya. Mereka diterima dengan baik oleh Sang Prabu. Selama setahun mereka tinggal di Majapahit. Selanjutnya, karena saking seringnya bertemu, Raden Rachmat terpikat oleh putri Majapahit, anak Tumenggung Wilatikta, yang bernama Ni Gede Manila. Sedangkan Raden Santri dan Raden Burereh kawin dengan dua putri Arya Tedja. Raden Rachmat lalu pindah ke Ampel Denta. Sedangkan Raden Santri dan Raden Burereh menetap di Gresik. Raden Rachmat kemudian dikenal dengan julukan Sunan Ampel. Menurut Serat Kanda, Sayid Rachmat (sama dengan Raden Rachmat) kawin dengan anak Tumenggung Wilatikta dari Tuban, cucu Arya Tedja. Di Ampel Denta, Raden Rachmat akhirnya menjadi ulama. Suatu ketika, Raden Patah dan Raden Kusen dalam perjalanannya ke Majapahit singgah di Ampel Denta. Dalam percakapan dengan Raden Patah, Sunan Ampel masih merasa sebagai pendatang di Jawa. “Saya adalah ulama asing yang datang ke Pulau Jawa. Hanya untuk sementara waktu saja memimpin masyarakat Islam Jawa berkat kebijaksanaan Sang Prabu. Berbeda dengan kau. Engkau orang Jawa tulen, turun-temurun orang Jawa, yang memiliki Pulau Jawa,” katanya. Ucapan itu dimaksudkan untuk membedakan asal-usul Sunan Ampel sebagai orang asing dan Raden Patah, yang dianggapnya orang Jawa. Bagaimana pun Sunan Ampel mengaku, ia bukan orang Jawa, yang menurut Babad Tanah Djawi dan Serat Kanda asalnya memang dari Campa. Berbagai sumber lain menyebutkan, Sunan Ampel mempunyai nama lain, Bong Swi Hoo. Dia kawin dengan Ni Gede Manila, anak perempuan Kapten Cina di Tuban, Gan Eng Tju. Disebutkan pula, Sunan Ampel adalah ipar Raden Said (Sunan Kalijaga). Dengan demikian, hampir bisa dipastikan bahwa Sunan Ampel memang masih keturunan Campa. Guru Raden Patah Memang, banyak sumber yang memuat tentang asal-usul Sunan Ampel. Namun, berbagai sumber itu menunjukkan banyak perbedaan yang terkadang cukup sulit untuk dicari benang merahnya. Banyaknya versi sejarah ini seringkali membingungkan orang. Seperti Ensiklopedi Nasional Indonesia (1988) yang menyebutkan, Sunan Ampel diduga berasal dari daerah Jeumpa, Aceh. Pada masa tuanya, ia menetap dan mendirikan pondok pesantren di Ampel, dekat Surabaya. Karena itu, selanjutnya tokoh ini lebih terkenal dengan nama Sunan Ampel. Diceritakan pula, ulama Islam ini tiba di Pulau Jawa ketika Kerajaan Majapahit menjelang runtuh. Ketika itu, agama Islam memang mulai berkembang. Istimewanya, meskipun Raja Majapahit (Prabu Brawijaya) saat itu belum masuk Islam, namun pembesar Tanah Jawa ini menaruh perhatian yang cukup besar terhadap Sunan Ampel. Buktinya, salah seorang putranya (Raden Patah) diizinkan berguru kepada Sunan Ampel. Selanjutnya, Raden Patah mendirikan Kerajaan Demak Bintoro, setelah Kerajaan Majapahit runtuh. Menurut Babad Tanah Jawa, salah seorang istri Sunan Ampel adalah putri kerabat keraton Majapahit. Menurut sumber ini pula, dua orang putra Sunan Ampel akhirnya juga menjadi sunan, yakni Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Selanjutnya, salah seorang cucu Sunan Ampel menjadi istri Raden Patah. Dengan adanya hubungan kekeluargaan antara Sunan Ampel dan kerabat Kerajaan Majapahit serta Demak Bintoro, maka dapat diperkirakan betapa besar pengaruh ulama itu pada kebijaksanaan raja. Sampai sekarang pun, makam Sunan Ampel masih banyak diziarahi orang, termasuk para keturunan Cina. Bahkan, pada hari-hari tertentu banyak pula peziarah yang datang langsung dari Cina.  jss