Industri Sawit Itu Strategis, Perlu Terus Melakukan Inovasi

Kamis, 18 Januari 2018

Penting inovasi dalam pengelolaan industri kelapa sawit. Mulai dari hulu hingga hilir. Untuk itu pemerintah mendorong proses inovasi itu dengan mengimplementasikan dua kebijakan strategis. Kebijakan yang dimaksud adalah pengamanan bahan baku dengan tarif bea keluar (BK). Dana perkebunan yang pro-industri, serta pemberian insentif fiskal dan nonfiskal untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif. Menurut Direktur Pengelolaan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan), Dedy Junaidi, perusahaan sawit dituntut berinovasi dalam pengelolaan industri kelapa sawit. “Inovasi itu perlu dilakukan di sektor hulu, pengembangan industri hilir, dan diversifikasi produk kelapa sawit dari limbah komoditas ini,” katanya dalam seminar Sustainable Palm Oil Insight di Auditorium Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) Yogyakarta di Yogvakarta, Rabu (17/1). Untuk mendukung upaya itu, kata Dedy, pemerintah telah mengimplementasikan dua kebijakan strategis yakni pengamanan bahan baku berupa tarif bea keluar, dan dana perkebunan yang pro-industri. Selain pemberian insentif fiskal dan non-fiskal untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif. Beberapa perusahaan kelapa sawit merespons peluang itu dengan mulai berinvestasi pada teknologi terintegrasi dan terbarukan. Itu untuk menghasilkan inovasi pengembangan teknologi di sektor hulu yang berkelanjutan. Inovasi juga dilakukan pada pengembangan produk hilir sawit dan pemanfaatan limbah yang bernilai ekonomi tinggi. Menurutnya, industri kelapa sawit merupakan salah satu sektor strategis bagi perekonomian Indonesia. Saat ini Indonesia merupakan produsen terbesar minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dunia. Total kontribusi itu sebesar 48% dari produksi CPO dunia, dan sekaligus menguasai 52% pasar ekspor minyak kelapa sawit. Itu dihasilkan dari lahan kelapa sawit di Indonesia yang saat ini mencapai sekitar 10 juta hektare (ha).