Menyusuri Prostitusi di Sri Lanka (7-Habis) : Mengencani Gadis China Palang Merah

Sabtu, 13 Januari 2018

Adakah cuma gadis-gadis itu yang dijual di Colombo? Masih ada satu lagi. Kali ini gadis China. Benar-benar asli China. Mereka pandai memijat dan merangsang melalui pijatan. Dan kalau berkencan, melayaninya seperti dengan suami sendiri. Ingin tahu? Inilah laporan terakhir dari Colombo. Dimana-mana, palang merah adalah rumah sakit. Paling tidak, klinik atau poliklinik, yang penggunaannya sama, untuk merawat orang sakit. Sakit disini adalah sakit umum. Bukan lelaki sakit karena nafsu seks yang membutuhkan pelampiasan sahwat. Tapi di Colombo, kalau ada banyak papan palang merah, jangan anggap itu klinik atau poliklinik. Perhatikan dulu dengan seksama tulisan kecil-kecil di bawahnya. Kalau disitu tertera pengobatan alternatif, pijat, atau akupuntur, nah itu perlu perhatian khusus. Terutama bagi lelaki hidung belang. Masuklah ke dalam. Disitu akan banyak gadis-gadis China berbaju putih seputih kulitnya. Dengan santun dan ramah ia menanyakan keperluan tamunya. Mereka menghidangkan beberapa menu pilihan, dari pijat dan ramuan. Sampai tusuk jari dan pijat refleksi. Kalau Anda tidak memilih salahsatu menu itu, maka batal sudah untuk mengencaninya. Ia tak mau jual murah. Malah mereka marah kalau langsung ditawar untuk kencan. Mereka butuh tahapan, pengenalan awal. Saling bicara soal masa silam. Dan rabaan-rabaan agar saling kenal bau badan. Kalau tidak sakit apa-apa, paling gampang adalah memilih menu pijatan. Membayar harga pijatan, dan gadis ini mengajak ke sebuah kamar. Ia duduk di ranjang. Ia membantu untuk membuka baju satu per satu. Dan dengan lembut menuangkan minyak serta memulai melakukan tugasnya sebagai gadis pemijat. Gadis-gadis China ini memang mahir memijat. Pijatannya penuh perasaan. Dan tangan pasiennya, biasanya diletakkan di pahanya yang mulus telanjang. Maklum, rok pendek yang digunakan sudah tersingkap jauh di atas paha. Kalau sudah begitu, maka tangan pasien ini tak berhenti. Ia akan merangkul, atau berpilin-pilin sekitar daerah itu. Sang gadis, entah sedang berakting atau memang terangsang, mulai ikut menikmati gesekan tangan laki-laki yang dipijatnya. Dan pijatan gadis ini sendiri, juga mulai terarah pada satu tujuan. Rangsangan. Merangsang lawan jenis untuk berbuat lebih. Saat itu ada dua pilihan. Pasien yang mengajukan tawaran untuk bermain seks. Atau terkadang, sang gadis yang menawari kencan dengan tarif tertentu sebagai bayaran. Saat transaksi itu, ia kian menggebu melakukan rangsangan melalui tangan, mulut dan lidah. Selain cerita soal kenikmatan bermain seks dengan orang yang dicinta, tentunya. Jika harga disepakati, maka gadis-gadis itu melakukan perannya. Ia mencumbui dengan hangat, dan aktif mengoperasikan organ-organ intimnya ke sekujur badan. Kalau sampai sang pasien terkulai lemas sebelum puncak permainan, maka ia pun kembali membangkitkan birahi sang lelaki, untuk maju lagi sampai titik darah penghabisan. Untuk melakukan kencan dengan gadis China Palang Merah ini, tarifnya sama dengan gadis-gadis casino. Hanya jika memilih short-time dilakukan di kamar praktek yang terkunci dengan servis memuaskan. Tapi kalau long-time, mereka akan menservisnya dengan lebih memuaskan lagi. Mereka menganggap lelaki yang membukingnya adalah suaminya sendiri. Mesra dan manja. Benarkah gadis-gadis China itu sedang jatuh cinta dan ingin bersetubuh dengan kita bukan semata alasan uang? Jangan punya prasangka begitu. Sebab hampir semua pasien menganggap begitu. Sang gadis jatuh cinta padanya, dan ingin bermain cinta. Tapi itu dilakukan dengan siapa saja yang datang ke palang merah seks ini. Mungkin inilah yang disebut sebagai penjual cinta betulan. (Djoko Suud Sukahar/Habis)