Menyusuri Prostitusi di Sri Lanka (3) : Memadu Kasih di Losmen Jorok

Senin, 08 Januari 2018

Shanka memang cantik. Kendati kulitnya hitam legam, tetapi mata, hidung dan mulutnya mempunyai daya pikat. Sayang ia hidup di lingkungan yang salah. Hingga daya tariknya itu menjerumuskan dirinya pada kehidupan yang tak ia sukai, kendati harus dijalani.

Di kota yang menyimpan sejarah kuno Sri Lanka itu tak ada hotel bagus (tahun 2000). Rata-rata hanya guesthouse, semacam losmen kecil yang memang banyak dijumpai di daerah ini. Mereka mencari penginapan, dan keliling kota untuk memilih yang terbaik.

Namun karena bertepatan dengan Hari Poya, yaitu hari purnama, dimana seluruh perkantoran di Sri Lanka libur, dan hampir seluruhnya melakukan wisata ke vihara atau tempat bersejarah yang disakralkan, maka mereka pun akhirnya hanya dapat satu kamar. Itu pun guesthouse jorok dengan kamar yang baunya tak sedap.

Kamar losmen itu kecil dengan double bed. Di atasnya menggelantung kelambu warna biru muda yang diikat. Mereka pun sepakat untuk tidur sendiri-sendiri, dengan mengubah tatanan tempat tidur dan kursi meja yang ada di kamar ini. Sambil bicara tak tentu arah, mereka  berusaha merebahkan tubuh yang penat karena berjalan seharian.

Tapi sampai larut malam, baik Jean maupun Shanka tak bisa memejamkan mata. Keduanya sibuk sendiri-sendiri, berperang melawan ribuan nyamuk yang membuatnya merinding. Saat itulah keduanya sadar, kenapa losmen jelek ini menggantungkan kelambu di atas.

Akibat diserang rasa kantuk, maka mereka sepakat untuk mengembalikan tatanan tempat tidur, dan membuka kelambu yang tergantung di atasnya. Mereka tidur dua ranjang yang disatukan. Dipayungi sebuah kelambu tipis yang terus bergoyang diterpa dengungan kipas angin yang menempel di plafon kamar. Mirip pengantin yang sedang berbulan madu.

Malam terus merambat. Di kamar hanya terdengar dengungan kipas angin dan dengkur Shanka. Sedang di luar sana, suara burung gagak bersahutan. (Di Sri Lanka, hewan dilarang dibunuh, hingga saban hari bisa dilihat segala jenis hewan berkeliaran. Dan di antara jutaan burung yang hidup di negeri ini, terbanyak adalah burung gagak hitam, red).

Jean terbangun. Hidungnya mencium aroma sedap rempah-rempah. Ketika matanya dibuka, ternyata aroma itu berasal dari tubuh Shanka. (Mungkin karena makanan Sri Lanka yang bumbunya keras, hingga tubuh yang terus berkeringat karena udara yang panas itu tidak membuat keringat berbau, red.) Mulut dan hidung perjaka (ngakunya begitu, red) Swiss ini menempel ketat di buah dada gadis itu. Ia merasakan bukit indah itu naik turun sejalan dengan helaan nafas pemiliknya.

Jean terpana. Ia lama mengamati tubuh gadis ini. Dipandanginya wajah manis yang sedang lelap itu. Ia turunkan ke bawah, melihat tonjolan buahdada Shanka yang sedang mengintip di balik belahan blus dengan kancing-kancing sampai perut.

Jean tertarik untuk melihatnya lebih jelas. Tangannya merayap, membuka tiga kancing di atas. Ia kuak lipatan blus atas itu, dan Jean seperti menemukan sebuah keajaiban. Buahdada gadis itu sangat indah. Berukuran sedang. Dan tegak menantang. (Bersambung)