Memanggil Ratu Kidul (2) : Delapan Gadis Penari dan Satu Dara Gaib

Sabtu, 09 Desember 2017

Sulit memang mencari benang merah dari akar permasalahan yang penuh dengan nuansa mistis itu. Tetapi, itulah yang terjadi. Maka setelah kejadian itu, tradisi pementasan kedua tarian sakral ini pun rutin digelar di keraton. Untuk mementaskan tarian sakral ini memang tidak mudah. Berbagai prasyarat tak lumrah harus disiapkan guna suksesnya pagelaran. Untuk jumlah penari, kedua jenis tarian itu masing-masing harus sembilan orang. Rinciannya, yang delapan orang adalah gadis-gadis. Dan satu orang lagi, dipercaya adalah Ratu Kidul itu sendiri. Tentu, tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Bukan hanya penarinya yang harus suci lahir batin. Para nayaga juga mesti begitu. Kalau tidak, Sang Ratu akan murka. Marah, lalu  mengutuk semua pelaku pagelaran tari yang sering disebut sebagai tarian meminta ketentraman alam raya itu. Sebab itulah, tarian yang tak boleh dilihat sembarang orang itu dianggap cukup keramat. Selain harus suci lahir batin, gending yang ditampilkan wajib bernuansa magis. Lagu yang disuguhkan itu merupakan lagu klangenan  yang menjadi kesukaan Ratu Kidul. Sebenarnya apa sih Tari Bedaya Lambangsari itu? Ini ternyata mengisahkan perjalanan cinta antara Panembahan Senopati dengan Kanjeng Ratu Kidul. Mirip kisah romantis yang tertuang dalam babad-babad. Dalam bahasa Jawa biasa disebut lironsih dan semang yang berarti hadir atau datang. Sedang lama pagelaran kedua tarian itu tak lebih dari tiga jam. Yang menonton juga tidak boleh sembarangan. Kedua tarian ini hanya boleh disaksikan oleh kerabat keraton dan sifatnya tertutup untuk umum. (bersambung/Djoko Su’ud Sukahar)