EPOC 2017 : Industri Makanan Eropa Gunakan 60% Minyak Sawit

Kamis, 30 November 2017

Kabar gembira datang dari Eropa. Dalam gelaran European Palm Oil Conference (EPOC) 2017 di Brussels, terkuak adanya fakta, bahwa 60% industri makanan di Eropa menggunakan kelapa sawit. Dalam forum itu terlontar, mereka hanya ingin memastikan, bahwa pasokan kelapa sawit yang mereka terima itu benar-benar berasal dari minyak sawit lestari (sustainable). Ini yang diharap pada tahun 2020 akan terrealisasi. Mereka memuji perkembangan positif yang ada di negara-negara penghasil Crude Palm Oil (CPO) yang sudah menerapkan itu (di Indonesia dengan Indonesia Sustainability Palm Oil/ISPO). Mereka juga mengakui, bahwa sawit berhasil mengangkat kemiskinaan, kesetaraan, dan penyedia lapangan kerja. Dalam EPOC kelima yang berlangsung Kamis (23/11/2017) itu terdapat satu sesi yang mengkritisi sawit. Namun dalam sesi yang membahas soal kesehatan itu disamarkan. Tidak lagi dikaitkan dengan minyak kelapa sawit, dan mereka pun tidak menyebut sawit. Dalam forum ini juga diakui, bahwa perdebatan Eropa tentang keberlanjutan minyak kelapa sawit yang digunakan dalam makanan terus meningkat. Dan pada tahun 2017, Parlemen Eropa dan Komisi mengeluarkan resolusi setelah mempelajari rantai pasokan minyak sawit. Namun data terbaru dari European Sustainable Palm Oil (ESPO) menunjukkan adanya kemajuan yang signifikan telah dicapai negara-negara produsen minyak sawit.  Itu diungkapkana Joost Oorthuizen, CEO IDH, yang mewakili mitra industri. Dalam pantaua ESPO terlihat banyak kemajuan. Ini pointernya :

  • 69% minyak sawit yang diimpor untuk makanan ke kilang Eropa mendapat sertifikasi minyak sawit lestari (CSPO) tahun 2016.
  • 60% minyak kelapa sawit yang digunakan untuk makanan di Eropa diperkirakan merupakan sertifikasi minyak sawit lestari (CSPO) pada tahun 2016.
Dan rantai pasok minyak sawit Eropa yang mengalami kemajuan itu diharap mampu membawa komitmen ‘kelapa sawit% 100% di Eropa pada tahun 2020’. Tapi dari angka-angka itu menunjukkan, bahwa masih terdapat kesenjangan antara volume impor dan serapan CSPO oleh industri makanan. Untuk itu diharap untuk meningkatkan serapan CSPO impor ke Eropa, untuk meningkatkan penggunaan minyak sawit lestari. Untuk menuju 100% kelapa sawit lestari di Eropa, forum itu sepakat meminta kolaborasi lebih lanjut dalam rantai pasok. Forum ini juga menantang pemerintah produsen sawit untuk mengembangkan kebijakan pangan yang sesuai dengan kerangka kerja dan komitmen dengan pembangunan berkelanjutan PBB. Yang dimaksud dengan pembangunan berkelanjutan PBB adalah bagaimana tindakan industri berkontribusi terhadap tujuan global bersama. Dan para panelis sepakat, bahwa  kelapa sawit itu : Hilangkan kemiskinan. Rantai pasokan minyak kelapa sawit aktif di banyak tujuan, namun kontribusi yang paling jelas adalah rantai pasokan itu membantu untuk menghilangkan kemiskinan di negara-negara berkembang. Hilangkan kelaparan. Sebagai sumber kalori yang kaya dan sangat mudah beradaptasi, minyak kelapa sawit membantu memerangi kelaparan di banyak bagian dunia. Pekerjaan yang layak dan pertumbuhan ekonomi. Minyak kelapa sawit menyediakan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi yang layak bagi negara-negara penghasil dan penyuling, pabrikan dan pengecer di seluruh rantai. Mengurangi ketidaksetaraan: Dengan meningkatkan taraf hidup di negara-negara produsen, industri kelapa sawit berkontribusi terhadap mengurangi ketidaksetaraan. Mengurangi perubahan iklim + mempertahankan keanekaragaman hayati: Komitmen industri sukarela dan inisiatif pemerintah di negara-negara produsen seperti ISPO, MSPO, RSPO dan ISCC), berkontribusi pada tujuan untuk meminimalkan perubahan dan tindakan di bawah Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Keanekaragaman Hayati. Ini penjelasan dari beberapa negara yang bicara dalam forum ini :
  • Dedi Junaedidari FOKSBI menjelaskan kebijakan Indonesia untuk kelapa sawit lestari dan menggarisbawahi bahwa tujuan ini hanya dapat dicapai jika ada komitmen dan kemitraan di antara banyak pemangku kepentingan.
  • Alejandra Ruedadari Nez Naturaleza menjelaskan pentingnya sosio ekonomi proyek kelapa sawit bagi petani kecil di Amerika Latin dan kebutuhan untuk mendorong praktik lingkungan yang baik.
  • Nagarajan, Ketua Dewan Sertifikasi Minyak Sawit Malaysia, menjelaskan kebijakan inklusif Malaysia untuk memperbaiki keberlanjutan kelapa sawit secara nasional dan pentingnya kebijakan semacam itu untuk pengembangan sosio-ekonomi petani kecil.
  • M Mahendra Siregar, ketua CPOPC, dewan gabungan negara-negara produsen minyak kelapa sawit, menyatakan kesediaan mereka untuk bekerja dalam kerangka kerja SDG dan mendidik anggota baru mengenai praktik berkelanjutan. jss