Indonesia harus Perkuat Kampanye Positif Sawit dan Batu Bara

Jumat, 04 November 2022

BALI - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengingatkan Indonesia harus percaya diri dan tidak defensif dalam menghadapi krisis multidimensi  kedepan.

Saat ini hingga beberapa waktu kedepan, Indonesia akan diperhadapkan pada  krisis multidimensi. Penyebabnya adalah inflasi tinggi, kontraksi ekonomi menuju resesi, dan situasi geopolitik yang tak pasti.
Namun demikian, Mahendra berpendapat, Indonesia harus percaya diri karena dianugerahi banyak kekayaan alam, mulai dari komoditas seperti kelapa sawit hingga kandungan energi seperti batu bara.

“Disisi lingkungan hidup, Indonesia sebenarnya punya solusi lingkungan dan konservasi yang terus dibenahi, sehingga komoditas Indonesia seperti sawit secara fundamental dapat terus diterima dan berkembang,” kata Mahendra Siregar pada 18th Indonesian Palm Oil Conference and 2023 Price Outlook di Bali International Convention Center (BICC), Kamis 3 November 2022.

Menurut dia, setidaknya ada sejumlah hal yang berpotensi membentuk krisis multidimensi yang berakibat pada The Perfect Storm di Indonesia.
Pertama inflasi yang tinggi yang memaksa ekonomi terkontraksi dan  berpotensi mengakibatkan suatu negara resesi.
Faktor lain adalah ketidakpastian dalam lingkup geopolitik. Aspek ini perlu diperhitungkan karena dampaknya mulai terlihat cukup besar.
Lebih lanjut, Mahendra menyatakan, OJK sebagai bagian dari keseluruhan sistem yang menjaga sistem keuangan.
OJK bersama industri jasa keuangan (IJK) akan konsisten mencermati, memantau dan melakukan mitigasi dalam  menghadapi persoalan global dengan tingkat ketidakpastiannya cukup tinggi.

"OJK terus melakukan pembahasan, antisipasi, untuk bisa memitigasi, termasuk dengan apa yang dimaksud dengan langkah-langkah stress test, sehingga kita tidak panik dan tidak lengah terhadap risiko-risiko tadi," ungkap dia.

Di sisi lain, Mahendra menilai, ekonomi Indonesia sendiri telah tumbuh dan terjaga baik, meski dihadapkan badai dan ketidakpastian.
“Proyeksi ke depan juga masih baik dengan pertumbuhan sama atau di atas 5 persen sampai akhir tahun ini,” kata Mahendra Siregar.*