Nilai Dasar Perjuangan Via Metode Visi Merah Putih

Kamis, 30 September 2021

 Ada pepatah "There are many ways to Rome" begitu juga pendekatan untuk memahami Nilai Dasar Perjuangan (NDP). Saya melihat apapun metode pendekatannya baik Filsafat maupun Metafisika Islam tidak ada persoalan asalkan ia harus tetap memahami-Nya tidak personifikatif. Karena selama ini, alih-alih pakai filsafat atau Metafisika untuk ber-NDP tapi tetap saja memahami Tauhidnya laksana suatu sosok nan angker yang bersinggasana di langit ke tujuh, dengan di tangan kanannya membagi-bagikan pahala sedangkan di tangan yang lainnya menggenggam pecut bagi siapapun yang tidak patuh padanya. 

Sangat jauh dengan Tauhid yang dipahami oleh Bang Ahmad Wahib (Alm) yang awalnya sempat menghebohkan Menteri Agama Ali Muktie tapi kemudian akhirnya disadari kebenarannya bahkan kemudian didukung oleh Menag itu sendiri di hampir 40 tahun silam.

Padahal menurut Harun Yahya sekalipun bahwa sebelum terjadinya Alam Raya ini, keadaan sebelumnya adalah alam ~ alias alam Achadijat. Sehingga langit yang selama ini dipahami berlapis macam kue lapis, batal sudah. Ini adalah Ayat Kauniyah. Sedangkan di ayat Kauliyahnya langit memang seperti kue lapis tujuh tumpuk adanya. 

Lalu kita memihak Kauniyah or Kauliyah? Karena kedua-duanya ada atas iradah-Nya, maka kedua itu diekuilibriumkan atau diseimbangkan. Sehingga pengertian langit tujuh itu sontak menjadi Konotatif or Mutasyabihat. Singkatnya, kemunduran Islam selama ini -menurut VMP- akibat pemahaman prinsip-prinsip dasar Islam bahkan prinsip yang sakralnya sekalipun yang hanya tertukar-tukar saja satu sama lain -antara mana yang konotatif dengan mana yang denotatif. 

Sehingga jelas NDP akan tetap "Turut Quran dan Hadits Jalan Keselamatan" seperti salah satu bait Himne HMI. Hanya saja peserta Latihan Kader (LK) diubah cara pandangnya untuk lebih ilmiah.

Visi

Merah Putih (VMP) -via Shifting Paradigmanya sebanyak 4 Tahap itu melihat bahwa Al Quran adalah Mega bahkan Billion "Zipped Files" dari Semesta Raya. Jadi eksplorasilah ia untuk membuktikan bekerjanya Hukum-hukum-Nya. Lalu alokasikanlah sumber daya di dalamnya satu sama lain agar bermanfaat sebesar-besarnya untuk semua.

Rukun Islamd an Iman adalah tools agar semua Hukum itu berlaku bahkan melayani kita. Dengan syarat kita harus berserah diri full. Bukti bahwa Sembahyang adalah demi berfungsinya Hukum-Hukum itu untuk kita (selain mencegah perbuatan Keji dan Mungkar) adalah dengan adanya komitmen "Sholatku, Ibadahku, Hidupku dan Matiku hanya untuk-Mu" di setiap Iftitah yang dibaca (terserah mau 5 waktu or 3 waktu). 

Ini menunjukkan kepada kita bahwa musuh besar umat adalah selfish alias egosentrisme. Ia apabila menempel pada motif kita dalam membuat keputusan maka keputusan or amal kita pun senantiasa akan bersimbiosis Parasitisme alias ada yang dizhalimi. Dan ini adalah DOSA. Di sisi lain, bila kita senantiasa konsisten dengan Rukun Islam sehingga tidak lagi bersikap mental Selfish or Egosentrisme(Nafs) maka kita justru akan dilayani oleh Hukum-Hukumnya itu. Perang terbesar adalah memerangi Hawa Nafs, sedangkan musuh Ajaran Tauhid adalah Iblis maka diperoleh persamaan: Egoisme=Iblis.

Sehingga apabila manusia sudah tidak atau terlemahkan iblisnya, secara otomatis keputusan atau amal yang bernilai tambah lah or bermanfaat bagi diri, sesama dan semesta lah yang akan dihasilkan. Dengan demikian ketika Tuhan dipahami secara ilmiah ini, maka 'keinginan' Allah SWT yang berupa 'menyembah'-Nya tidak lain adalah Tingkat Kemanfaatan manusia itu sendiri (baca: Nilai Tambah/membuat bahagia) bagi diri, sesama dan Semesta. Singkatnya "Menyembah-Ku" adalah Memberi Kebahagiaan/Manfaat atau Nilai Tambah.

Penulis : Rizky Hariadi (Peserta Advance Training LK 3 HMI Badko Riau-Kepri)