Petani Sawit Riau Diundang KSP

Kamis, 11 Maret 2021

JAKARTA - Dua orang perwakilan petani kelapa sawit asal Kabupaten Kampar, Riau itu nampak mulai sumringah setelah hampir dua jam berada di Kantor Staf Presiden  (KSP) di Jakarta, kemarin.

Petani sawit binaan Sinar Mas Group ini mulai sumringah lantaran solusi tentang duit mereka sekitar  Rp50 miliar  yang belum dibayarkan oleh Asuransi Jiwa Bumiputra (AJB), mulai kelihatan.

Dalam rapat yang dipimpin oleh Tenaga Ahli Utama Deputi III KSP, Prof Bustanul Arifin ini didapat kesimpulan bahwa sebelum bulan puasa tahun ini, akan digelar lagi pertemuan untuk membicarakan mana prioritas diselesaikan sesuai kondisi.

Kesimpulan ini muncul setelah anggota Deputi III KSP, Agung menanyakan, "Kalau memungkin, manalah skala prioritas yang dibayarkan?" tanya Agung kepada petani.

"Yang prioritas itu lahan petani yang musti segera diremajakan," Ketua Umum DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia, Gulat Medali Emas Manurung menjawab.

Gulat hadir di sana lantaran selama ini Apkasindo yang mendampingi petani itu untuk memperjuangkan nasibnya.

Gulat tak datang sendirian, kandidat doktor lingkungan ini ditemani Sekjen DPP Apkasindo, Rino Afrino dan Anggota Dewan Pakar DPP Apkasindo, Samuel Hutasoit, MH.

Selain Bustanul dan Agung, di ruangan itu ada juga Dirut AJB, Zainal Abidin dan Tenaga Ahli Utama KSP lainnya, Erro Kusnara dan perwakilan SMART TBK, HY Sihotang.

Melalui Webinar, ada pula Direktur Pengawasan Jasa Keuangan Lainnya, Moch. Ihsanudin dan Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar Kementan, Heru Tri Widarto.

Sebelumnya para petani binaan SMART ini sudah ngalor-ngidul memperjuangan hak mereka. Duit sebanyak tadi milik 3.358 peserta di sejumlah KUD di Kabupaten Kampar.

"Kalau uang itu enggak dibayarkan, kami akan sangat kesulitan untuk meremajakan kebun kami. Kami ikut program Iuran Dana Peremajaan Tanaman Kebun (Idapertabun) memang gunanya untuk peremajaan," kata Ketua KUD Mukti Lestari Desa Kayu Aro Kecamatan Kampar Utara, Sugeng Haryadi, usai mengikuti pertemuan itu.

Petani kata Sugeng akan terus menuntut dan memperjuangkan haknya, "Sekalipun sampai ke akhirat. Selama 25 tahun, pembayaran Idapertabun kami enggak pernah macet. Jangan giliran pembayaran, banyak alasan. Jangan seenaknya AJB bilang, Kalau AJB rugi harus ditanggung bersama oleh pemegang polis. Kami ini bukan berinvestasi, tapi menabung untuk replanting," tegasnya. (ist)