GAPKI Gelar Konferensi Sawit “16th IPOC and 2021 Price Outlook”

Jumat, 20 November 2020

JAKARTA - Tahun  2020  ini  merupakan  tahun  yang  sangat  istimewa  dan  penuh  dengan  tantangan. Pandemi Covid-19 telah merubah gaya hidup dan gaya kerja semua orang di dunia.

Pandemi Covid-19 juga mendorong  kebiasaan  baru hidup  bersih  dan  menjaga  jarak.  Interaksi  sosial  secara  langsung menjadi  sangat  terbatas  sehingga komunikasi lebih  memanfaatkan  teknologi  digital  baik  dalam kegiatan bisnis, belajar mengajar maupun kegiatan lainnya.

Menyesuaikan dengan situasi kehidupan normal baru, GAPKI dengan bangga  menyelenggarakan Indonesian  Palm  Oil  Conference  (IPOC)  untuk  pertama  kalinya  secara  virtual.  IPOC adalah konferensi industri minyak  sawit  terbesar  dunia,  yang  memberikan  informasi  perkembangan industri sawit Indonesia dan global terkini serta menganalisis tren harga minyak sawit ke depan.

16th Indonesian  Palm  Oil  Conference  and  2021Price  Outlook  akan  diselenggarakan  pada tanggal 2-3 Desember 2020 secara virtual, dengan mengusung tema “Palm Oil Industryin the New Normal Economy.” Pandemi  Covid-19  telah  berdampak  kepada ekonomi dan perdagangan  secara  global.

Beberapa negara bahkan telah mengalami resesi    ekonomi sehingga perlambatan ekonomi dan pembangunan juga tidak terhindari. Saat ini  semua negara sedang berlomba-lomba menyusun strategi  untuk memulihkan  ekonomi  di negaranya masing-masing termasuk Indonesia.  
"Kita juga menyaksikan fluktuasi harga berbagai  komoditas dan bahkan harga minyak mentah pun  jatuh pada titik terendah. Industri sawit adalah salah satu industri yang tidak terpengaruh   secara signifikan karena perkebunan  kelapa  sawit rata-rata berada di lokasi terpencil,  kegiatan  operasional  tetap  berjalan dengan normal dengan menerapkan protokol kesehatan." jelas Ketua Gapki, Joko Supriyono didampingi Mona Surya Ketua Panitia Penyelenggara IPOC kepada wartawan, Jumat (20/11).

Katanya, meski demikian kekhawatiran tetap saja terjadi  karena  daya  konsumsi yang menurun  akibat  perubahan pola hidup dan perlambatan ekonomi yang tentunya mempengaruhi demandsecara  global.

"Demand yang menurun dan produksi yang meningkat tentunya hukum ekonomi berlaku yaitu harga  menjadi  turun/murah. Diperlukan strategi yang tepat untuk menjaga kestabilan harga dan daya saing dalam situasi yang tidak pasti ini. Sehingga tema di atas diangkat secara khusus untuk membahas lebih komprehesif mengenaistrategi pemulihan ekonomi di era New Normal." paparnya.

Kata Mona, Konferensi selama dua hari ini juga  akan membahas rencana pemulihan ekonomi Indonesia secara  makro  dengan  berbagai  kebijakan  moneter, fiskal, dan kebijakan  pengembangan  energi terbarukan.

"Dunia industri tentunya sangat terpengaruh oleh setiap kebijakan yang dibuat pemerintah,   sehingga pemahaman akan kebijakan-kebijakan   baru akan membantu dalam menentukan  strategi  bisnis perusahaan ke depan. Selain  itu  juga  dibahas peluang pasar minyak sawit  dunia  di  beberapa negara tujuan utama ekspor, supplyand  demandminyak  nabati  dunia, trenpasar global, danproyeksi harga minyak sawit untuk tahun berikutnya." kata Mona.

IPOC  tahun  ini rencananya akan dibuka Menteri Koordinator Bidang  Perekonomian  RI yang sekaligus memberikan Special Keynote Speech. Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi RI juga dijadwalkan memberikan  Special Address terkait  iklim  investasi  Indononesia pasca pandemi Covid-19. Sudah  menjadi  tradisi  bagi  IPOC  menghadirkan  pembicara-pembicara  ahli  seniorduniauntuk menguak trendharga, seperti Dorab Mistry (Godrej International Ltd), James Fry (LMC International)danThomas Mielke(OilWorld).

IPOC merupakan wadah para pelaku bisnis dan  pemangku kepentingan (stakeholders), pemilik, CEO dan eksekutif, dan para  pengambil  kebijakan baik tingkat  nasional  maupun internasional, untuk bersama-sama membahas isu-isu strategis di seputar industrikelapa sawitdari hulu sampai ke  hilir.

"IPOC  juga  merupakan media bagi para pelaku  usaha untuk memperluas jaringan usahanya baik  melalui program sponsorship  maupun jaringan  komunikasi virtual yang disediakan panitia. Animo masyarakat baik dari Indonesia maupun  luar negeri akan konferensi ini selalu meningkat setiap tahunnya. Tahun lalu penyelenggaraan konferensi ini dihadiri lebih dari 1500 peserta dari 25 negara (diluar tamu undangan khusus dan  pengunjung)." ulasnya.  

Tahun ini yang penyelenggaraan pertama dilakukan secara online, kami membatasi  maksimumpeserta  yang  akan  hadir  1000 peserta  yang  berasal  dari  lebih  dari 25 negara  di  dunia. Saat  ini  kuota  tempat  duduk  telah mencapai hampir 850 peserta, ini menunjukkan animo masyarakat tetap tinggi.(lin)