Atasi Karhutla di Masa Pandemi, Perlu Peran Semua Pihak

Jumat, 06 November 2020

SIAK - Indonesia punya pekerjaan besar mengantisipasi karhutla, manajemen lapangan harus terkonsolidasi dan terkoordinasi dengan “Area-area yang rawan hotspot dan update informasi sangat penting sekali, memanfaatkan teknologi meningkatkan monitoring dan pengawasan dengan sistem dashboard, Sistem dasbor Lancang Kuning  bisa menggambarkan situasi karhutla di Riau pada Februati lalu saat pemantauan wilayah rentan karhutla. Sistem ini, menggunakan empat teknologi satelit sebagai alat pengindera untuk mendeteksi titik api, yakni NOAA, Aqua, Terra, dan satelit dari Lapan.

Data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan, sebagian besar wilayah akan mengalami puncak kemarau pada Agustus. Dalam laporan itu, 17% wilayah memasuki kemarau April, 38% pada Mei, dan 27% Juni.

Untuk antisipasi karhutla di lahan gambut, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, serta Badan Restorasi Gambut siaga menjaga tinggi muka air pada lahan gambut. Gambut harus tetap basah  tetap basah dengan sekat kanal, embung, sumur bor, teknologi pembasahan lain guna mencegah kekeringan dan kebakaran lahan.

Selain teknologi, pemanfaatan infrastruktur pengawasan pun perlu hingga tingkat bawah, melalui Babinsa, Babinkamtibmas, sampai kepala desa. Dampak Kebakaran Lahan dan Hutan  adalah adanya  asap yang ditimbulkan dapat menyebabkan penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), asma, penyakit paru obstruktif kronik, penyakit jantung serta iritasi pada mata, tenggorokan dan hidung. Kabut asap dari kebakaran hutan juga dapat mengganggu bidang transportasi, khususnya transportasi penerbangan.

Tersebarnya asap dan emisi gas karbondioksida dan gas-gas lain ke udara juga akan berdampak pada pemanasan global dan perubahan iklim. Kebakaran hutan mengakibatkan hutan menjadi gundul, sehingga tidak mampu lagi menampung cadangan air di saat musim hujan, hal ini dapat menyebabkan tanah longsor ataupun banjir. Selain itu, kebakaran hutan dan lahan juga mengakibatkan berkurangnya sumber air bersih dan bencana kekeringan, karena tidak ada lagi pohon untuk menampung cadangan air.

Terlebih di tengah pandemi Covid-19 seperti saat ini. Sangat besar biaya yang dikeluarkan jika terjadi Karhutla, sangat banyak waktu tersita dan tenaga terkuras.Sebagian besar karhutla karena ulah manusia baik sengaja maupun kelalaian.

Jaga Gambut Tetap Lembab

Untuk mengantisipasi hal itu, sejumlah persiapan dilakukan PT Kimia Tirta Utama dalam menghadapi musim kemarau, walau tidak terjadi kebakaran di lingkungan perusahaan tetapi sikap waspada selalu ditanamkan oleh perusahaan.

Dalam kesempatan kesiapan Karhutla, PT KTU menghadirkan Kapolres Siak AKBP Doddy F Sanjaya, SH SIK MIK, Kadis DLH Siak Syafrilenti dan Kabidnya Ardhayani, Kapolsek Koto Gasib Ipda Suryawan dan sejumlah tamu undangan. Administratur PT KTU, Achmad Zulkarnain didampingi Humas Azra dan Slamat Riyadi, menjelaskan penanganan karhutla dengan integrated water manajemen system.

Menurut Zulkarnain, water manajemen system yang mereka punya sudah diakui Badan Restorasi Gambut. "Kami melakukan hal ini untuk menjaga kelembaban tanah (soil moisture ), sehingga terjaga kelembabannya sepanjang tahun berada di kisaran angka 40-65 sentimeter," jelas Zulkarnain, perusahaan juga memiliki menara pantau di lima titik yang strategis di sekitar kebun.

Disebutkan Zulkarnain, menara pantau untuk memantau potensi asap atau api yang ada di sekitar kebun PT KTU, bahkan bisa melihat ke kawasan desa sekitar perusahaan. Tidak hanya menara pantau, pihaknya juga menyiapkan drone. Drone ini digunakan untuk mengontrol area patroli udara untuk wilayah yang tidak bisa terjangkau oleh patroli darat. Dan yang tak kalah penting, menurut Zulkarnain adalah sistem sekat kanal atau over flow. Sekat kanal dibuat berdasarkan topografi. Sekat kanal dibagi menjadi lima zona.

"Hal yang terbaru, kami sudah memiliki stasiun riset untuk meneliti emisi gambut dan fakta-fakta lain tentang kelapa sawit dan gambut. Dalam hal ini kerja sama dengan IPB dan BPDPKS," kata Zulkarnain sambil menunjukkan kegunaan sejumlah peralatan yang ada di stasiun riset dan letaknya di tengah perkebunan.Kunjungan dari BRG dan BPDPKS ke kebun PT KTU terkait penerapan water manajemen system gambut.

Komitmen perusahaan?

Berdasarkan laporan Singapore Institute of International Affairs (SIIA) Haze Outlook 2020 menyebutkan, faktor manusia salah satu hal penting dalam karhutla. Perusahaan dan komunitas jadi titik penting dalam upaya pencegahan karhutla.Apalagi dalam kondisi pandemi COVID-19 yang memberikan dampak pada perekonomian, termasuk perusahaan perkebunan yang mempertahankan pemasukannya.Laporan ini mengatakan, edukasi jadi langkah penting dalam memastikan upaya keberlanjutan tetap berjalan meski COVID-19 ini jadi halangan.Perusahaan-perusahaan besar, sebut laporan ini, yang memiliki komitmen pelestarian dan keberlanjutan harus tetap mematuhi dalam mencegah atau meminimalisir titik api dalam konsesi.

Tentunya, untuk kebaikan bersama, melakukan pendidikan dan pengenalan gambut sejak dini dengan Duta Sawit Gambut Lestari dari Siswa pelajar SMP Kiamia Tirta Utama bersinergi dengan masyarakat sekitar, yaitu MPA dan Desa Sejahtera Peduli Api. Melihat banyaknya inovasi yang dilakukan PT KTU mengantisipasi karhutla, Kapolres Siak AKBP Doddy F Sanjaya yakin akan menginspirasi perusahaan lainnya yang ada di Kabupaten Siak.

"Dengan temuan-temuan dan inovasi, saya harapkan karhutla dapat dicegah. Mengenai kelengkapan peralatan termasuk mobil pemadam memang wajib dimiliki setiap perusahaan, sebagai bentuk antisipasi," sebut Kapolres.

Sementara Kadis DLH Syafrilenti menyebutkan apa yang dimiliki PT KTU bentuk keseriusan dan totalitas."Saya berharap inovasi ini menginspirasi perusahaan lainnya," harapnya.

Sebagai upaya edukasi dan pemberdayaan masyarakat untuk mencegah terjadinya Karhutla, PT KTU juga mengajak masyarakat untuk memberdayakan lahana tidur yang tidak di olah menjadi lahan produktif untuk ketahanan pangan dan ekonomi masyarakat di masa pandemic seperti ini,masyarakat di ajak mengelola lahan pekarangan rumahnya untuk di tanami dengan tanaman produktif sehingga masyarakat tidak akan membuka lahan dengan cara dibakar yang berakibat fatal Karhutla. Aneka hasil tanaman Holtikultura sebagai penopang ekonomi masyarakat sudah terlihat di Desa sekitar PT Kimia Tirta Utama.(ist)