Habis Babak-belur 3 Pekan, Harga CPO Akhirnya Naik Lagi

Ahad, 11 Oktober 2020

JAKARTA - Harga minyak sawit mentah atau Crude Palm (CPO) akhirnya naik lagi. Penguatan cukup signifikan terjadi sepekan ini sebesar 7%. Pada pekan ini, harga CPO di bursa Malaysia naik 7,5% secara point-to-point, sehingga harganya menguat di posisi MYR 2.911/ton.

Sebelumnya, selama tiga pekan berturut-turut, harga CPO sempat mengalami tren penurunan. Pada pekan lalu, CPO tercatat melemah 4,04% secara point-to-point.

Turunnya harga CPO selama tiga pekan ini diakibatkan oleh fenomena La Nina yang terjadi dan diprediksi masih akan terjadi di kawasan Asia Tenggara dalam beberapa bulan ke depan. Hal ini menjadi ancaman suplai CPO, meski telah memasuki periode puncak produksi musiman.

La Nina adalah peristiwa turunnya suhu air laut di Samudera Pasifik di bawah suhu rata rata sekitarnya. Penyebabnya karena suhu permukaan laut pada bagian barat dan timur Pasifik lebih tinggi daripada biasanya.

Kejadian tersebut menyebabkan tekanan udara pada ekuator Pasifik barat menurun. Hal ini mendorong pembentukan awan berlebihan dan menyebabkan curah hujan tinggi pada daerah yang terdampak, terutama negara-negara di kawasan Asia Tenggara.

Selain itu, kurangnya tenaga kerja di sektor perkebunan kelapa sawit membuat Malaysia harus menghadapi hambatan dalam pemanenan, apalagi Malaysia merupakan produsen CPO terbesar kedua setelah Indonesia.

"Produksi Malaysia mengalami pelemahan, tetapi produksi Indonesia tetap kuat," kata Paramalingam Supramaniam, direktur pialang Pelindung Bestari Sdn Bhd yang berbasis di Selangor kepada Reuters.

Bagaimanapun juga fenomena La Nina ini akan tetap dipandang sebagai pemicu terjadinya reli harga komoditas minyak nabati di sisa tahun ini serta awal tahun depan.

Dalam jangka pendek sentimen positif penggerak pasar adalah adanya fenomena pembelian minyak sawit dalam jumlah besar untuk meningkatkan stok di India menjelang perayaan Diwali November nanti.

Kebijakan stocking China dengan pembelian minyak sawit dalam volume besar juga turut menjadi sentimen pendongkrak harga.

"Jika konsumen terus membeli ditambah dana kelolaan juga ikut membeli (kontrak) terjadi secara bersamaan, kemungkinan harga minyak sawit untuk sementara waktu bisa mencapai 3.200 ringgit" ujar Direktur Oil World, Thomas Mielke kepada Reuters. *