Semester Satu, Ekspor Minyak Sawit Indonesia Naik

Rabu, 12 Agustus 2020

JAKARTA – Bila dibandingkan dengan bulan Mei 2020, produksi minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) pada bulan Juni adalah 4.096 ribu ton atau naik 13,5 persen, konsumsi dalam negeri turun 3,5 persen menjadi 1.331 ribu ton, dan ekspor naik signifikan 13,9 persen menjadi 2.767 ribu ton.

Harga CPO masih menunjukkan kenaikan dari rata-rata US$526 pada bulan Mei menjadi US$602 per ton-Cif Rotterdam pada bulan Juni dan nilai ekspor juga naik dari US$1,474 miliar menjadi US$1,624 miliar.

Data tersebut disampaikan oleh Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Rabu (12/8/2020).

Menurutnya, jika dibandingkan Januari hingga Juni 2019, produksi CPO dan PKO (palm kernel oil) Januari sampai Juni 2020 sebesar 23.504 ribu ton adalah 9,2 persen lebih rendah, konsumsi dalam negeri sebesar 8.665 ribu ton atau 2,9 persen lebih tinggi, volume ekspor adalah 15.503 ribu ton atau 11,7 persen lebih rendah dan nilai ekspornya 6,4 persen lebih tinggi menjadi senilai US$10.061 juta.

“Produksi bulan Juni yang lebih tinggi dari bulan Mei 2020 diduga selain karena carry over produksi bulan Mei yang terkendala karena lebaran juga sebagian provinsi telah masuk ke periode tren produksi naik.”

“Kenaikan ekspor cukup tinggi pada bulan Juni, setelah turun pada bulan sebelumnya.”

“Kenaikan terjadi pada CPO (31 persen), refined palm oil (10,2 persen), minyak laurik (6 persen) juga adanya ekspor biodiesel,” papar Joko.

Ekspor Terbesar ke India

Dia menyatakan, kenaikan terbesar untuk ekspor dengan tujuan India (52 persen) menjadi 583 ribu ton, Afrika (43,3 persen) menjadi 271 ribu ton, Tiongkok (33 persen) menjadi 440 ribu ton, dan Pakistan (32 persen) menjadi 203 ribu ton.

Kenaikan ekspor CPO ke India mencapai 206 ribu ton dari total kenaikan sebesar 200 ribu ton, namun terjadi penurunan pada ekspor produk lain terutama refined palm oil.

“Kegiatan ekonomi Tiongkok, India dan banyak negara lain mulai pulih sehingga permintaan akan minyak nabati untuk kebutuhan domestiknya mulai naik.”

“Kegiatan ekonomi Indonesia juga sudah mulai pulih sehingga kedepan permintaan minyak sawit untuk pangan diperkirakan juga akan naik mengikuti permintaan oleokimia dan biodiesel.”

“Kenaikan permintaan dan membaiknya harga minyak bumi diperkirakan akan menyebabkan harga minyak nabati naik,” tutur Joko.

Konsumsi Dalam Negeri Turun

Joko pun menyampaikan bahwa konsumsi dalam negeri bulan Juni yang masih lebih rendah dibandingkan dengan bulan Mei, diduga masih disebabkan oleh PSBB (pembatasan sosial berskala besar).

Konsumsi untuk pangan turun 3,9 persen menjadi 638 ribu ton dan persentase penurunan konsumsi pangan lebih rendah dari rata-rata penurunan 3 bulan sebelumnya sebesar 5,4 persen.

Konsumsi biodiesel pada Juni turun sebesar 5,4 persen dari bulan Mei menjadi 551 ribu ton.

“Dibandingan dengan Januari hingga Juni 2019, konsumsi biodiesel 2020 adalah 25 persen lebih tinggi dikarenakan implementasi program B30.”

“Konsumsi dalam negeri bulan Juni untuk oleokimia masih naik dengan 6,8 persen dibandingkan bulan Mei meskipun dengan laju yang lebih rendah,” pungkas Joko. (rls)