Bentuk Tim Khusus, Mendag : Perlu Argumen Kuat untuk Tangkal Kampanye Negatif Sawit

Jumat, 07 Agustus 2020

Pekerja perkebunan sawit tengah memuat kelapa sawit ke dalam truk. (istimewa)

JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag), Agus Suparmanto, mengungkapkan bahwa hingga saat ini komoditas sawit terus mendapatkan tekanan dari pasar internasional, terutama Uni Eropa. Bahkan kampanye negatif tentang sawit sudah mengarah pada aspek kesehatan. 

Dia menegaskan, Kementerian Perdagangan (Kemendag) siap mendukung industri sawit nasional dengan melawan kampanye negatif tersebut. Dia menyebutkan, perlu sinergi yang lebih kuat antara stakeholder sawit Indonesia untuk melawan serangan tersebut. 

"Saat ini, serangan mulai menyasar aspek yang lebih pribadi yaitu, aspek Kesehatan. Kampanye negatif yang dimunculkan adalah produk sawit menyebabkan berbagai macam penyakit. Meskipun saat ini belum ada larangan medis terhadap produk sawit, tetapi kampanye kencang terhadap hal itu sudah lama dirasakan," kata Agus di Jakarta, Kamis (6/8).

Salah satu hal yang harus terus dilakukan oleh RI adalah dengan gencar melakukan kampanye positif terhadap sawit tanah air. Wakil Menteri Perdagangan, Jerry Sambuaga, perlu ada implementasi yang lebih konkret lagi untuk memperkuat kampanye positif sawit. Menurutnya, perlu ada sebuah tim khusus yang melibatkan pemerintah dan pengusaha untuk isu-isu sawit.

"Kita sudah lama tahu masalahnya ada di mana. Yang kita perlukan sekarang adalah solusi konkret. Kita ingin yang implementatif dan terarah. Mari bentuk satu tim khusus dimana kita bisa bicara dan merencanakan apa yang harus kita lakukan dan bagaimana melakukannya," katanya.

Tim khusus ini, kata Jerry, rencananya akan diinisiasi oleh Kemendag yang merupakan leading institution dalam diplomasi perdagangan dalam konflik-konflik kelapa sawit.  Dia menekankan pentingnya kerja sama dan saling mendukung antara diplomasi dan kampanye positif sawit.

"Jadi keduanya tidak terpisahkan. Diplomasi tidak akan berjalan seperti yang kita harapkan tanpa ada argument yang kuat. Nah, argument itu harus kita bangun melalui kampanye wacana baik secara akademis, medis, sosiologis dan lain-lain. Intinya kita harus punya argument dan kontra wacana yang baik agar bisa berdiplomasi secara efektif," tuturnya.

"Tetapi kita juga harus melihat dari perspektif ekonomi politik bahwa isu sawit bukan semata-mata soal ekologi dan sosiologi tetapi tentu berkaitan kepentingan ekonomi dan politik. Karena itu solusi untuk keduanya berjalan beriringan," kata Jerry. (*)