Produksi Sawit Malaysia Terancam Anjlok 25%

Selasa, 21 Juli 2020

KUALA LUMPUR - Asosiasi Minyak Sawit Malaysia (MPOA) menyebutkan bahwa produksi sawit di Negeri Jiran terancam anjlok hingga 25%. Ini merupakan dampak dari kebijakan Malaysia yang membekukan sementara tenaga kerja asing hingga Desember 2020 mendatang, akibat covid-19.

*Sebelum covid-19, kami sudah kekurangan 36.000 pekerja. (Kekurangan) ini telah mengakibatkan kami menyadari kehilangan potensi produksi 10% -25%, "kata Chief Executive Officer MPOA, Nageeb Wahab dikutip dari Reuters, Senin (20/7).

Malaysia merupakan produsen kelapa sawit kedua terbesar di dunia, setakh Indonesia. Meskipun demikian, perkebunan sawit di Malaysia masih bergantung pada perkeja asing.tercatat 84% pekerja perkebunan sawit di Malaysia berasal dari tenaga kerja asing (TKA) seperti Indonesia dan Bangladesh. 

Kelangkaan pekerja berdampak terhadap tertundannya panen buah sawit dan produksi minyak, terutama menjelang musim puncak panen yang dimulai pada September 2020.

Nageeb mengatakan, perusahaan perkebunan sawit mulai aktif merekrut penduduk setempat untuk mendukung kebijakan pemerintah. Namun, hanya sedikit penduduk setempat yang tertarik dengan pekerjaan tersebut. "Jika ini (upaya rekrutmen lokal) gagal, kami akan meminta pemerintah untuk membantu kami," ujarya.

Sementara itu, Wakil Menteri Industri Perkebunan dan Komoditas, Willie Mongin, mengatakan kementerian sedang dalam pembicaraan dengan kelompok-kelompok industri untuk mengatasi masalah ketenagakerjaan. "Kami akan membahas dan merumuskan strategi untuk mengatasi masalah kekurangan tenaga kerja," katanya.*