Jepang Butuh 10 Juta Ton Cangkang Sawit, Peluang Ekspor Terbuka Lebar

Kamis, 16 Juli 2020

Cangkang sawit

JAKARTA - Saat ini Jepang tengah mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBM). Dalam pengembangan industri ini, Presiden Direktur JETRO Jakarta, Keishi Suzuki mengatakan, Jepang membutuhkan cangkang sawit (palm kernel shell) yang cukup banyak sebagai bahan bakarnya. 

Tidak tanggung-tanggung, Jepang membutuhkan setidaknya 10 juta ton cangkang sawit untuk bahan bakar pembangkit listrik itu. Ini merupakan prospek ekspor yang sangat menggiurkan bagi RI. 

Suzuki mengatakan, nilai ekspor yang dihasilkan dari komoditas ini diperkirakan mencapai 100 miliar yen atau setara Rp 13,4 triliun.

"Tentang biomassa Jepang butuh 10 juta ton setahun, sehingga perusahaan sangat memerlukan kestabilan harga dan pasokan dari luar negeri," kata Suzuki Selasa lalu. 

Pemerintah Jepang saat ini memang tengah menggenjot penggunaan energi baru terbarukan (EBT) yang ramah lingkungan, salah satunya dengan memanfaatkan cangkang sawit dan wood pellet. Bahkan di tahun 2030 mendatang, Jepang menargetkan 25 sampai 35 persen produk listrik berasal pemanfaatan EBT. 

Dengan demikian, peluang ekspor bagi Indonesia, sebagai salah satu negara penghasil sawit terbesar di dunia sangat besar. Namun hal ini memang tidak lepas dari berbagai hambatan. 

Suzuki mengatakan, jalur distribusi komoditas  akan segera dibuat untuk memudahkan ekspor. "Ada biaya lainnya yang akan timbul seperti transportasi, gudang, biaya pengapalan sampai ke Jepang serta biaya lainnya yang ditimbulkan setelah di Jepang, oleh karena itu perlu ada struktur logistik," kata Suzuki.

Sementara itu, Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Osaka, Mirza Nurhidayat, mengatakan, pemerintah Jepang bakal menerapkan EBT sekitar 14 persen dari seluruh sumber energi yang digunakan tahun ini.

 Potensi ini sangat besar bagi Indonesia untuk memasok biomassa kepada Negeri Sakura. Terlebih lagi, pengembangan PLTBM di sana sangat cepat dan populer untuk mengurangi emisi gas karbon. 

"Tentu ini akan membuka peluang kerja sama yang sangat besar dalam hal pengiriman bahan bakar," katanya.

Seperti diketahui, sawit saat ini merupakan salah satu komoditas andalan bagi Indonesia. Bahkan, berdasarkan data Kementerian Pertanian, di tahun 2018, produksi sawit Indonesia tercatat sebesar 48,68 juta ton, atau tumbuh 6,85 persen dari tahun sebelumnya.*