Direktur PPKS : Kunci Keberhasilan PSR Terletak pada Bibit

Sabtu, 27 Juni 2020

Direktur PPKS, Edwin Syahputra Lubis. (int)

PEKANBARU - Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) atau yang biasa disebut dengan replanting sawit, merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit. Melalui program ini, pemerintah akan membantu para petani kelapa sawit untuk melakukan penggantian tanaman tua yang sudah tidak produktif lagi dengan tanaman baru. Hal ini tentu sesuai dengan prinsip-prinsip GAP (good agricultural practices).

Program PSR dilatarbelakangi oleh permasalahan produktivitas perkebunan kelapa sawit rakyat yang rendah. Hal ini tentu akan berpengaruh pada pendapatan perkebunan kelapa sawit. Dengan adanya program ini, perkebunan kelapa sawit rakyat yang produktivitasnya hanya 3 ton per hektare nantinya dapat dikembangkan menjadi 7 hingga 8 ton per hektare.

Direktur Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Edwin Lubis, mengungkapkan bahwa hal terpenting dalam keberhasilan program PSR ini terletak pada pemilihan bibit. 

"Kunci keberhasilan PSR terletak pada bibit," ungkap Edwin dalam diskusi virtual yang digelar oleh Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (DPP-APKASINDO), Jumat (26/6), dengan tema 'Program Peremajaan Sawit Rakyat, Membangun Daya Saing Kelapa Sawit Indonesia Berbasis Perkebunan Rakyat yang Berkelanjutan'.

Tujuan utama program PSR adalah untuk meningkatkan produktivitas perkebunan kelapa sawit rakyat. Sehingga apabila pemilihan bibit tidak sesuai, kata Edwin, maka produktivitas perkebunan kelapa sawit tidak akan meningkat sesuai dengan yang diharapkan, seperti tujuan program tersebut. 

"Pemakaian bibit unggul adalah mutlak. Zero tolerance, tidak ada toleransi terhadap bibit palsu, untuk kesuksesan PSR. Sehingga yang terpenting adalah memang harus benar-benar menggunakan bibit yang unggul untuk keberhasilan PSR," tegasnya. 

Edwin mengatakan, sinergitas stakeholders sangat diperlukan untuk pemenuhan bibit agar tepat waktu. Selain itu sistem informasi manajemen dan database juga sangat diperlukan untuk mendukung ketepatan waktu dan lokasi pembibitan kelapa sawit. 

Saat ini, kata Edwin, pihaknya Tengah mendorong kelembagaan petani untuk ikut andil dalam melakukan pembibitan kelapa sawit. Namun hal ini harus tetap berada di bawah pengawasan PPKS. 

"Kami mendorong kelembagaan petani sebagai penangkar. Kelompok tani atau gapoktan saat ini juga diminta untuk menjadi penangkar atau pewaralaba. Sehingga bisa terpenuhi benih untuk sebanyak 500 ribu hektare perkebunan yang masuk dalam program PSR," katanya. 

Berdasarkan data yang dipaparkan Edwin, saat ini ada hampir 3 juta bibit unggul yang dipersiapkan PPKS dalam rangka pencapaian target PSR. "Di pulau Sumatera sebarannya sudah merata, sudah ada di setiap provinsi. Kemudian juga ada di pulau Kalimantan," katanya. 

Sementara itu, untuk pembibitan yang dilakukan oleh penangkar dan pewaralaba di bawah binaan PPKS total sudah ada 3,5 juta bibit. jumlah ini berada di 51 penangkar dan 22 pewaralaba yang tersebar di Pulau Sulawesi, Kalimantan dan Sumatera. khusus di provinsi Riau terdapat 2 pewaralaba dan 3 penangkar. 

Sebagai informasi, program PSR telah dimulai sejak tahun 2016. Selama periode 2016-2019, sudah terdapat 106.150 hektare lahan perkebunan kelapa sawit rakyat yang sudah diremajakan. Peremajaan sawit rakyat juga masih akan dilakukan, dan ditargetkan akan terealisasi hingga 500 ribu hektar dalam 3 tahun ke depan. (Bayu)