Santoso: Tolong Jangan Larang Distribusi Sawit!

Jumat, 24 April 2020

JAKARTA - Emiten di sektor perkebunan kelapa sawit juga terkena imbas dari pandemi virus corona (Covid-19) yang menghantam sendi-sendi perekonomian global dan Tanah Air. Karena emiten minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) meminta agar pemerintah tetap konsisten dengan kebijakan membolehkan operasional di sektor ini agar perusahaan bisa tetap memasok bahan pangan dan energi guna bertahan di tengah pandemi virus corona.

Presiden Direktur PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), Santosa mengatakan saat ini di beberapa daerah masih ada yang melarang angkutan tandan buah segar (TBS), padahal seharusnya industri ini harus tetap bisa beroperasi karena termasuk industri strategis untuk menyuplai bahan baku pangan dan energi.

"Masih ada daerah yang malah mengeluarkan Surat Edaran melarang angkutan TBS/CPO lewat daerah tersebut. Tentu operasionalnya harus menggunakan standar protokol kesehatan GAPKI [Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia] supaya tetap sehat dan aman," kata Santoso Rabu kemarin.

Selain permintaan itu, dia juga mengatakan satu sentimen positif lain bagi emiten sawit ialah kebijakan pemerintah terkait dengan implementasi biodiesel 30%.

Santosa mengatakan, kedua insentif tersebut dapat memungkinkan produsen tetap bertahan di tengah penurunan permintaan ekspor CPO. Hal ini karena sejumlah negara sudah menerapkan kebijakan karantina wilayah (lockdown). Alhasil, kondisi ini menyebabkan harga CPO masih akan tertekan dan bisa menurun tajam.

"Untuk kondisi pandemi ini kami perlukan konsistensi pemerintah dalam komitmen B-30, karena kalau sampai goyah maka pertahanan kita akan ambruk," tutur Santosa.

Secara terpisah, Managing Director Sinar Mas Gandi Sulistiyanto mengakui, virus corona benar-benar menghantam hampir semua lini bisnis Grup Sinarmas, tidak terkecuali di bisnis perkebunan melalui PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR).

Hanya saja, dampak pandemi bagi lini bisnis perkebunan tidak separah yang dirasakan seperti sektor properti dan lembaga keuangan karena masih mengandalkan ekspor dan negara-negara tujuan masih mengandalkan produk sawit Grup Sinarmas sebagai bahan pangan.

"Yang membuat kita stabil kebijakan biodiesel 30 persen, ini yang membuat sektor ini bertahan," kata Gandi.

Melalui mandatori biodiesel 30%, diperkirakan akan menyerap produk CPO hingga 10 juta ton sawit untuk kebutuhan pangan di dalam negeri, sehingga dapat menyerap sawit yang sudah kelebihan suplai. Kebijakan ini juga dinilai akan mengurangi ketergantungan impor bahan bakar minyak (BBM) dan menghemat devisa.

"Apa yang dilakukan pemerintah saat ini tinggal disempurnakan, diperbaiki, sesuai dengan keadaan dari waktu ke waktu. Sejauh ini oke, kami mengapresiasi kecepatan pemerintah mengantisipasi industri ini," ungkapnya.(int)