BRG Gandeng KTU Edukasi Petani dan Guru

Selasa, 31 Maret 2020

SIAK - Sebagai lembaga yang didirikan untuk mengembangkan pemanfaatan gambut yang berkelanjutan, Badan Restorasi Gambut (BRG) sangat berkepentingan dengan memperkenalkan, penyebarluasan dan pengembangan adaptasi inovasi masyarakat atas lahan gambut.

PT Kimia Tirta Utama dalam hal ini menggandeng Badan Restorasi Gambut Pusat menggelar sosialisasi Restorasi Gambut dan Karhutla yang bertempat di Gedung Kecamatan Koto Gasib, dengan tema Edukasi tata kelola gambut dan pencegahan Karhutla sebagai program keberlanjutan dan kelestarian lingkungan untuk Indonesia Maju.

Sebagai pemateri dalam kegiatan sosialisasi tersebut yaitu BRG Kepala Kerja Edukasi dan Sosialisasi Deputi III BRG, Suwignya Utama yang memaparkan restorasi dan pencegahan karhutla dengan membentuk sekolah lapang Petani Gambut.

Kapolsek Koto Gasib Ipda Suryawan yang memaparkan penangganan Karhutla dengan Aplikasi Dasboard Lancang Kuning, Suryawan dalam pemaparan materinya menyatakan Aplikasi Dasboard Lancang kuning ini sangat flexible, semua orang bisa mengakses, membantu satgas penanggananan karhutla.

Ipda Suryawan membimbing langsung peserta membuka aplikasi sampai tahap pelaporan di aplikasi, peserta yang dating terdiri dari masyarakat desa Buatan 1 dan Desa buatan 2 serta guru SMP dan SMA se kecamatan Koto Gasib.

Kemudian pada sosialisasi tersebut Sekolah Lapang Petani Gambut ini juga di hadiri oleh Sosial Management Head Office, Intan Nurcahayani serta Tim Sustainability. Ini merupakan salah satu langkah untuk membuka wawasan dan pengetahuan masyarakat dalam mengelola lahan gambut di sekitarnya.

Hal yang sangat substansial digelarnya Sekolah Lapang, guna memgedukasi masyarakat agar dalam memanfaatkan atau mengelola lahan gambut dilakukan dengan cara ramah lingkungan (tidak dengan cara membakar) sehingga Karhutla bisa di tekan dengan baik.

Suwignya Utama ( BRG ) menjelaskan, langkah-langkah strategis dalam menjaga ekosistem lahan gambut, pihaknya telah merangsang masyarakat dengan membangun demplot (desa ekologis) sebagai salah satu keberlanjutan dari program Desa Peduli Gambut di 67 desa di enam Provinsi (Sumsel, Jambi, Riau, Kalbar, Kalteng, dan Kalsel) pada akhir tahun 2017.

"Agar demplot di desa gambut ini dapat dioptimalkan keberadaannya, tentu perlu dilakukan berbagai kegiatan yang menunjang pada pengembangan pemanfaatan gambut yang berkelanjutan. Salah satu dilaksanakan Sekolah Lapang Petani Gambut,” ujarnya waktu mengisi materi dalam acara sosialisasi Restorasi gambut dan karhutla yang di taja oleh PT. Kimia Tirta Utama yang bertempat di Aula Kecamatan Koto Gasib Siak.

Menurutnya, Sekolah Lapang yang digelar Aula Gedung Kecamatan Koto Gasib ini sangat pas dan di barengkan dengan Guru yang mana Guru bisa melakukan edukasi ke masyarakat dan siswa sekolah tentang pemanfaatan lahan gambut yang baik dan juga meningkatkan pendapatan hidup masyarakat. Dimana, dalam masa depan dapat juga dipergunakan sebagai sarana pengorganisasian kelompok tani dan masyarakat lainnya demi untuk pengembangan potensi desa gambut.

Dalam program ini, di wilayah Siak Koto Gasib  mendapat dua demplot yakni tersebar di empat  desa yaitu Desa Buatan 1 , Buatan 2 ,Teluk Rimba dan Lubuk Miam Kuala Gasib .  tujuan dari Sekolah Lapang Petani Gambut yaitu meningkatkan kapasitas petani mengolah lahan gambut, menemukenali dan menyebarluaskan kearifan lokal, sarana saling tukar pengetahuan dan praktik baik dalam pengolahan lahan gambut, dan menjadi sarana pengorganisasian petani laham gambut.

Sementara, Badri salah satu Pendamping Desa Petani Gambut BRG menambahkan, dalam membangun kesadaran masyarakat bukan hal mudah. Dari beberapa desa memiliki kultur atau tingkat kesadaran berbeda. Ia mencontohkan, kesadaran dari penduduk lokal dengan penduduk transmigrasi yang memiliki dua kebiasaan berbeda.

Lanjutnya, dari berbagai merode pendekatan yang dilakukan lambat laun dapat diterima oleh masyarakat. Masih kata Badri, untuk membangun sebuah pertanian terutama di lahan gambut dengan kadar asam yang tinggi tidaklah insta dan semua harus melalui proses yang panjang.
 
Administratur PT KTU, Achmad Zulkarnain menyampaikan gambut pada dasarnya adalah  anugerah yang harus dikelola dengan baik dan benar serta berkelanjutan. "Oleh karena itu sangat penting untuk menjaga isu agar gambut ini tidak lagi dianggap menjadi penyebab Karhutla.Untuk generasi mendatang kita mesti menjaga pembangunan berkelanjutan agar gambut tetap lestari. Jadi yang terpenting adalah pencegahan bagaimana gambut agar  tidak terbakar," ungkapnya.

Maka itu kata Zulkarnain pihaknya sangat mendukung adanya sekolah lapang dari BRG tersebut. Bahkan, kata dia, PT KTU akan membantu jika ada hambatan. "Sosialisasi ini agar para peserta bisa menjadi penerus informasi atau sebagai agen. Paling tidak di lingkungan keluarga, dan juga PT KTU sudah membuat agen cilik Duta Gambut yang sudah kerja sama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Siak untuk memasukan pembelajaran gambut dalam muatan lokal." jelasnya.

Lebih lanjut Zulkarnain menyatakan bahwa sumber emisi GHG pertanian global adalah peternakan yaitu 43 persen, kotoran ternak di padang penggebalaan 16 persen, penggunaan pupuk pabrik 15 persen,budidaya padi 11 persen, pemanfaatan lahan gambut / curtivated organic soils 2 persen dengan kata lain sumber emisi dari pertanian global sebagian besar 95 persen adalah dari kegiatan peternakan, pertanian padi dan penggunaan pupuk pabrik, sedangkan emisi dari pemanfaatan lahan gambut relative kecil yakni 2 persen, (sumber emisi gas rumah kaca pertanian global).

Dalam kegiatan tersebut, Camat Koto Gasib Dicky Sofian, dalam kesempatan tersebut mengatakan, KTU merupakan perusahaan yang memang mau peduli serta cepat tanggap dalam menghadapi Karlahut. Selain itu KTU mampu mengelola dan menjaga dengan baik, gambut di area lahan perkebunannya.

"KTU memang sangat tanggap. Apalagi selama ini, perusahan ini mampu menjaga dan mengelola lahan gambutnya dengan baik," ungkapnya.

Kemudian menurut ketua panitia yaitu Asisten sustainability PT. KTU berdasarkan data wetland International (2008) bahwa luas lahan gambut global adalah 381,4 juta hektar yang tersebar di kawasan Eropa dan Rusia (44,08  persen), Amerika (40,50 persen), Afrika (3,41 persen), Indonesia (6,95 persen), Asia lainya (2,74 persen) , Australia dan Pasifik (1,91 persen) dan antartika (0,41 persen).

Sedangkan berdasarkan negara urutan tersebar adalah Rusia (137,5 juta Ha), Kanada (113 ,4 juta Ha), USA (22,4 juta Ha) dan Indonesia (18,5 juta Ha). Dengan demikian Indonesia bukan pemilik lahan gambut terbesar dunia namun termasuk dalam empat besar negara yamg memiliki lahan gambut terluas dan tentu saja lahan gambut perlu di lestarikan melalui perlindungan (hutan lindung gambut) maupun pemanfaatan dengan memperhatikan azas- azas berkelanjutan dengan cara menjaga, melestarikan nya dengan tidak membakar.(ist)