Konsep Storynomics Tourism Diyakini Mampu Pacu Industri Pariwisata

Jumat, 17 Januari 2020

Ilustrasi turis. (Int)

JAKARTA - Konsep pendekatan storynomics tourism yang mengedepankan narasi, konten kreatif, dan suasana budaya (living culture) diyakini dapat mempercepat pembangunan industri pariwisata.

Konsep storynomics tourism diakui oleh pendiri Singapore Guide Book (SGB), platform digital pariwisata Singapura, Tatiana Gromenko sebagai ide yang brilian untuk pengembangan industri pariwisata di Singapura maupun Indonesia. Menurutnya, kedua negara sama-sama memiliki konten-konten yang menarik terkait tempat wisatanya sehingga perlu dinarasikan dengan kreatif dan memikat.

“Misalnya, selama ini orang Indonesia yang datang ke Singapura rata-rata karena ingin berbelanja dan menikmati human-made attraction yang ada di Singapura. Padahal, begitu banyak kisah-kisah di balik tempat-tempat unik di Singapura yang menarik untuk dielaborasi oleh wisatawan,” katanya.

Tatiana menjelaskan konsep pariwisata dengan mengedepankan narasi kreatif memang mutlak dibutuhkan di era digital seperti saat ini. Singapura sendiri memiliki banyak media yang menjadi saluran dalam menyampaikan sejumlah titik menarik di negara kota tersebut.

“Misalnya SGB, yang merupakan media digital berbahasa Indonesia, isi kontennya tentang Singapura dan cerita-cerita menarik di baliknya. Tidak hanya tentang berita arus utama seperti kuliner, spot instragramable, pusat oleh-oleh dan lainnya, namun juga cerita mistis, arsitektur vintage, hutan, dan bahkan pendidikan. Ini merupakan langkah kami mendukung pemerintah dalam mengusung storynomics tourism,” paparnya.

Adapun, untuk Indonesia, menurut Tatiana dengan ribuan destinasi wisata menarik serta kaya akan warisan historis, geologis, dan geografis tersebut, tentu memiliki bobot yang lebih kuat untuk menggunakan pendekatan ini.

“Sebagai orang yang pernah tinggal di Indonesia dan berkeliling ke berbagai daerah di sana, saya tahu persis bahwa negara ini memiliki kekayaan wisata yang sangat luas. Danau Toba misalnya, tidak banyak yang mengetahui tentang kisah dibalik terbentuknya danau terbesar di Asia Tenggara ini. Mulai dari letusan gunung vulkanik yang asapnya mencapai 10 kilometer di atas permukaan laut dan memusnahkan spesies dan manusia pada saat itu. Warisan geologis ini menarik untuk diceritakan ke wisatawan luar negeri,” tuturnya.

Tatiana menambahkan konsep yang sangat bagus untuk diaplikasikan di Singapura maupun Indonesia ini apabila tidak didukung dengan infrastruktur yang memadai seperti kebersihan, kualitas lingkungan, keamanan, keselamatan dan sebagainya akan sia-sia.

“Jangan sampai ketika wisatawan sudah tertarik untuk berkunjung ke Singapura maupun Indonesia, mereka akan kecewa jika destinasi yang dituju ternyata memiliki banyak kekurangan. Misalnya dari sisi akomodasi, fasilitas umum seperti toilet yang tidak memadai, pelayanan kepada turis, informasi yang tidak terintegrasi dan sebagainya," ujarnya.

Tatiana berharap agar Singapura dan Indonesia bisa bekerjasama ke depan dalam membantu industri pariwisatanya masing-masing dengan menggunakan konsep storynomics seperti ini.

“Apalagi letak geografis dua negara ini sangat berdekatan, jadi sangat layak untuk bisa berkolaborasi di industri ini,” tutupnya. (*)