Pembatasan Impor Sawit India Bisa Picu Perang Harga Malaysia-Indonesia

Jumat, 10 Januari 2020

Kelapa sawit. (Int)

JAKARTA - Keputusan India untuk membatasi impor minyak kelapa sawit olahan dari Malaysia dinilai akan memicu perang harga dengan pemasok minyak sawit terbesar lainnya, Indonesia.

Ketua Asosiasi Penyulingan Kelapa Sawit Malaysia (PORAM), Jamil Haron mengatakan, pembatasan impor minyak kelapa sawit olahan Malaysia oleh India akan membuat Negeri Jiran harus bersaing dalam penjualan minyak kelapa sawit mentah ke India dengan Indonesia, yang lebih kompetitif dari segi biaya.

“Ini membuat Indonesia dan Malaysia akan berselisih. Akan ada perang harga antara Indonesia dan Malaysia, dan kami akan kalah,” ujarnya, Jumat (10/1/2020).

Pada Rabu (8/1/2020), India sebagai konsumen minyak nabati terbesar di dunia mengeluarkan pemberitahuan untuk membatasi impor minyak sawit olah dari Malaysia sebagai buntut protes keras yang dilakukan Pemerintah Malaysia terkait persoalan Khasmir dan hukum kewarganegaraan di India.

Padahal, pada tahun lalu, Malaysia berhasil menyusul Indonesia sebagai pemasok minyak kelapa sawit terbesar di India setelah berhasil meraih kesepakatan untuk tarif impor yang lebih rendah dibandingkan dengan Indonesia.

Menurut data Refinitiv, Malaysia mengekspor sekitar 3,9 juta ton minyak kelapa sawit ke India pada 2019. Sebanyak 2,04 juta ton dari total ekspor tersebut merupakan palm olein atau minyak goreng.

Selain itu, pembatasan impor India tersebut pun akan menyebabkan hilangnya pangsa pasar untuk Malaysia. Minyak kelapa sawit adalah ekspor pertanian terbesar Malaysia, yang menyumbang 2,8 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) dan 4,5 persen dari total ekspor.

Ketua Eksekutif Asosiasi Minyak Kelapa Sawit Malaysia, Nageeb Wahab menilai pembatasan ekspor minyak sawit olahan akan menguntungkan kilang penyulingan India.

Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Jumat (10/1/2020) hingga pukul 12.00 WIB, harga minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) berjangka untuk kontrak Maret 2020 di bursa Malaysia bergerak melemah 11 poin menjadi 3.099 ringgit per ton. (*)