AS-China Akur Buat Rupiah Menguat Rp13.854 per Dolar AS

Kamis, 09 Januari 2020

Ilustrasi rupiah dan dolar AS. (Int)

JAKARTA - Nilai tukar rupiah berada di Rp13.854 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Kamis (9/1/2020) sore. Posisi tersebut menguat sebesar 0,33 persen dibandingkan nilai pada penutupan perdagangan pada Rabu (8/1/2020).

Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp13.860 per dolar AS atau menguat dibandingkan posisi Rabu (8/1/2020) yakni Rp13.934 per dolar AS.

Sore hari ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau menguat terhadap dolar AS. Tercatat, won Korea menguat 1,00 persen, rupee India 0,31 persen, peso Filipina menguat 0,30 persen, dan dolar Taiwan sebesar 0,28 persen.

Selanjutnya, ringgit Malaysia menguat 0,28 persen, lira Turki 0,27 persen, yuan China 0,21 persen, serta baht Thailand 0,17 persen.

Selain itu, dolar Hong Kong menguat 0,06 persen, diikuti dolar Singapura menguat tipis 0,02 persen. Sementara, pelemahan hanya terjadi pada yen Jepang sebesar 0,23 persen terhadap dolar AS.

Kemudian di negara maju, mayoritas nilai tukar terpantau bervariasi terhadap dolar AS. Poundsterling Inggris melemah tipis 0,01 persen, dan dolar Kanada melemah 0,19 persen. Sementara, euro menguat 0,09 persen, dan dolar Australia menguat tipis 0,01 persen terhadap dolar AS.

Direktur PT Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi menilai penguatan rupiah sore ini disebabkan oleh sentimen dari peringkat surat utang stabil yang diberikan kepada Indonesia.

Ibrahim mengatakan bahwa lembaga pemeringkat internasional Moody's Investors Service telah memberi peringkat stabil untuk surat utang Indonesia. Prospek diberikan dalam laporan anyar Moody's yang dirilis pada Januari 2020.

"Peringkat stabil menunjukkan kualitas surat utang Indonesia tidak mengalami perbaikan dari sebelumnya. Tidak pula mengalami kemerosotan," kata Ibrahim, Kamis (9/1/2020).

Ibrahim juga mengatakan terdapat sentimen domestik yang berpengaruh positif dari rilis data cadangan devisa Rabu (8/1/2020) kemarin.

Diketahui, Bank Indonesia (BI) mengumumkan bahwa cadangan devisa Indonesia meningkat hingga US$2,5 miliar pada Desember 2019 menjadi US$129,18 miliar, dari yang sebelumnya US$126,63 miliar pada November 2019.

Posisi cadangan devisa pada bulan Desember merupakan yang tertinggi sepanjang 2019.

"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,6 bulan impor atau 7,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor," ujarnya.

Dari sisi eksternal, Ibrahim menyebut fokus pasar akan beralih kembali ke ekonomi global, yakni terhadap kesepakatan perdagangan antara AS dan China.

"Pasar berharap bahwa AS dan China akan menandatangani kesepakatan perdagangan minggu depan, yang memberikan dukungan mendasar untuk aset berisiko," ungkapnya.

Ibrahim kemudian menyebut mayoritas Investor memandang kesepakatan itu akan menghapus salah satu ketidakpastian terbesar dan membantu mendorong pertumbuhan global tahun ini.

"Dengan data eksternal dan internal yang stabil ini, membuat rupiah dalam penutupan pasar sore ini ditutup menguat," pungkasnya.

Lebih lanjut, Ibrahim memprediksi rupiah berpotensi bergerak di kisaran Rp13.800 hingga Rp13.860 pada perdagangan Jumat (10/1/2020). (*)