Tiga Koperasi Petani Sawit Wadaya Mitra Wilmar Kantongi ISPO

Kamis, 12 Desember 2019

Petani kelapa sawit. (Int)

JAKARTA - Tiga koperasi petani kelapa sawit petani swadaya mitra Wilmar kembali menerima sertifikat Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO). Ketiga koperasi tersebut adalah Koperasi Tinera Jaya di Siak, Riau, KUD Panca Jaya di Rokan Hilir, Riau, dan Koperasi Perkasa Nalo Tantan di Merangin, Jambi.

Ketua Koperasi Tinera Jaya, Suhailis mengatakan, mereka sudah menantikan penyerahan sertifikat tersebut untuk membuktikan bahwa kelapa sawit yang diproduksi telah memenuhi standar keberlanjutan. 

Menurutnya hal itu terwujud juga berkat pendampingan Wilmar, yang membimbing cara cara mengelola kebun secara profesional dan sesuai standar berkelanjutan.

“Kami sadar bahwa untuk menjawab kampanye negatif di luar adalah dengan praktik pengelolaan kebun yang berkelanjutan,” ujar Tinera.

Saat ini, Koperasi Tinera Jaya yang beranggotakan 225 petani swadaya mengelola lahan kebun kelapa sawit seluas 611,4 hektare (ha). Pihaknya berharap, dengan pengelolaan kebun yang lebih baik juga dapat meningkatkan produktivitas sehingga tidak perlu memperluas areal kebun.

Produksi rata-rata tandan buah segar (TBS) anggota koperasi saat ini 2 ton per ha per bulan. Selain program pembinaan dan pendampingan oleh Wilmar, Koperasi Tinera Jaya juga memperoleh pendampingan dari PT Permodalan Siak (Persi), sebagai kepanjangan tangan pemerintah daerah, dalam hal pengelolaan kebun dan bantuan permodalan.

Ketua Koperasi Nalo Tantan, Nita Trisnawati, mengatakan, pihaknya memperoleh banyak manfaat dari pendampingan karena dapat mengatasi sejumlah kendala yang dihadapi dalam memenuhi persyaratan sertifikasi.

Awalnya memang cukup berat, tetapi dengan pendampingan dari Wilmar, pihaknya mampu menyelesaikan proses sertifikasi yang berlangsung enam bulan.

Beranggotakan 70 petani swadaya, Koperasi Nalo Tantan mengelola lahan 376,44 ha di Kabupaten Merangin, Jambi. “Pendampingan sangat penting bagi petani agar dapat memenuhi standar dan mengelola kebun secara profesional,” kata Nita.

Sekretaris KUD Panca Jaya Irwansyah mengatakan, pihaknya telah melaksanakan praktik berkelanjutan sejak awal terbentuknya KUD tersebut, seperti tidak membakar, tidak melakukan deforestasi, dan meracuni ikan. Berdiri pada 1991, KUD Panca Jaya saat ini beranggotakan 226 petani yang mengelola 456 ha kebun sawit.

Anggota KUD tidak menemui kesulitan saat proses sertifikasi yang berlangsung sekitar lima bulan. “Dengan adanya ISPO, kami lebih terorganisir dalam berkebun,” kata dia.

Selain petani mitra, PT Siak Prima Sakti, salah satu pabrik kelapa sawit (PKS) non-kebun Wilmar Group juga menerima sertifikat ISPO. PKS tersebut bersama dengan PT PERSI telah membina dan mendampingi pengelolaan kelapa sawit berkelanjutan (integrated sustainable palm oil) bagi para petani swadaya murni (non-plasma) di Kabupaten Siak, Riau.

Direktur Mutu Indonesia Strategis Berkelanjutan Rismansyah Danasaputra menilai, pola kerjasama Wilmar dengan koperasi petani swadaya kelapa sawit cukup baik.

Selain, mendampingi dalam mengelola kebun, perusahaan agribisnis tersebut juga menjalin kemitraan yang saling menguntungkan dengan petani dalam upaya menjaga pasokan ke pabrik kelapa sawit (PKS)-nya.

Wilmar juga bekerjasama dengan pemerintah daerah agar ada kepastian hukum. “Dengan sistem yang dilakukan, petani memperoleh kepastian pasar dan perusahaan dapat membantu petani memperoleh ISPO, sekaligus mengamankan pasokan,” tutur Rismansyah.

Rismansyah menambahkan, dengan sistem tersebut, proses sertifikasi dapat berjalan lancar hanya dalam satu tahun anggaran. Proses audit kebun berlangsung dua bulan dan enam bulan menunggu keputusan dari Komisi ISPO. “Ini jarang terjadi,” kata dia. (*)