Penggunaan B30 Bisa Hemat Devisa Rp112,8 Triliun

Jumat, 29 November 2019

Ilustrasi B20 dan B30 (int).

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartanto, berikhtiar menekan defisit neraca perdagangan atas impor minyak dan gas (migas). Upaya menekan impor migas, salah satunya dengan penerapan bahan bakar fosil dan nabati alias biodiesel 30% (B30).

Airlangga mengatakan dengan penyerapan minyak kelapa sawit untuk bahan bakar minyak (BBM) akan menghemat devisa dari impor migas hingga USD8 miliar atau sekitar Rp112,8 triliun, dengan kurs Rp14.000 per USD. Penyerapan minyak sawit ini akan dilakukan sebanyak 10 juta kiloliter untuk memenuhi kebutuhan B30.

"Jadi kalau sekarang dengan program B30 itu, kebutuhan kelapa sawit bisa terserap 10 juta kiloliter. Dan penghematan devisa ini bisa mencapai USD8 miliar, ini bisa efektif mengurangi defisit neraca dagang," ujar Airlangga di Jakarta.

Dia melanjutkan program B30 tersebut merupakan road map pemerintah untuk mengurangi defisit transaksi berjalan atau current account defisit (CAD).

"Ini sedang kita siapkan dengan berbagai Kementerian, programnya adalah terkait dengan defisit neraca perdagangan dan pengurangan CAD. Beberapa program itu adalah mandatory B20, bahkan kita siapkan roadmap B50, B70, bahkan B100," katanya.

Pemerintah menargetkan program biodiesel 30 tersebut bisa diterapkan dalam dua tahun ke depan. "Untuk B30 ini kita targetkan dalam dua tahun," jelasnya. (*)