Penuh Sentimen Positif, Harga CPO Potensi Naik Lagi

Ahad, 17 November 2019

Kelapa sawit. (Int)

JAKARTA - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) sedikit terkoreksi pada akhir pekan lalu karena turunnya kontrak pengiriman, namun secara fundamental harga CPO sebenarnya masih dalam tren naik.

Kontrak pengiriman bulan Januari CPO di Bursa Derivative Malaysia mengalami penurunan 38 ringgit atau melemah 1,48 persen dan diperdagangkan di harga RM 2.520/ton pada penutupan hari Jumat (15/11/2019) lalu.

Secara fundamental, sebenarnya harga CPO masih berpotensi terdongkrak karena potensi penurunan produksi dan stok minyak sawit di tengah permintaan yang diperkirakan masih tinggi di tahun depan.

Penurunan produksi diakibatkan oleh kekeringan yang melanda kawasan Asia Tenggara. Dampak kekeringan ini baru akan dirasakan dalam pertanian kelapa sawit tahun depan.

Di tengah kabar penurunan dari sisi suplai, permintaan minyak sawit domestik diprediksi meningkat. Permintaan minyak sawit domestik akan didongkrak oleh program B20 di Malaysia dan B30 di Indonesia tahun depan.

Program B30 merupakan program pemerintah Indonesia yang ditujukan untuk mengurangi impor dan ketergantungan BBM. B30 mengindikasikan campuran 30 persen Fatty Acyd Methyl Esther (FAME) dari minyak nabati seperti CPO dan 70% minyak diesel biasa. Diprediksi permintaan minyak sawit untuk program B30 sampai 9,6 juta ton.

Selain itu mata uang Negeri Jiran Ringgit juga menguat terhadap dolar hari ini, Minggu (17/11/2019). Penguatan ringgit terhadap dolar AS sebesar 0,17 persen membuat harga CPO yang dibanderol dalam ringgit menjadi lebih mahal untuk pemegang mata uang lainnya sehingga turut menekan harga CPO.

Namun ada hal lain yang juga berpotensi untuk mengerek harga CPO naik kembali. India yang dalam sebulan terakhir tidak membeli minyak sawit Malaysia karena isu politik, kini kembali membeli minyak sawit dari Malaysia setelah Negeri Jiran memberikan diskon US$ 5/ton.

Melansir Reuters, India telah kembali membeli minyak sawit Malaysia sebesar 70.000 ton untuk pengiriman Desember nanti. Di saat yang sama Malaysia juga menandatangani kesepakatan yang dapat mendorong ekspor Malaysia ke China dan India.

Harga CPO dalam jangka pendek masih dalam tren kenaikannya (uptrend), hal ini tercermin dari posisinya yang masih bergerak di atas rata-rata nilainya dalam sepuluh hari terakhir (moving average/MA10).

Pada pekan depan, ada potensi harga CPO akan menguji level tertingginya di tahun ini yang berada di RM 2.578/ton. Sedangkan penghalang penurunan harganya (support level) berada di harga di RM 2.480/ton.

Meskipun ada pola inverted divergence pada indikator Relative Strength Index (RSI), yakni kondisi di mana tren harga cenderung naik (grafik garis kuning), tetapi tren pada indikator RSI (garis hijau) justru bergerak turun, akan tetapi harga CPO kemungkinan lebih condong bergerak naik seiring pergerakan tren harga sebenarnya. (*)