Ekspor CPKO Indonesia Melonjak Drastis

Kamis, 17 Oktober 2019

Kelapa sawit. (Int)

JAKARTA - Ekspor minyak inti kelapa sawit mentah (crude palm kernel oil/CPKO) Indonesia melonjak ke level tertinggi dalam sembilan bulan terakhir. Data CIF Rotterdam mencatat terjadi kenaikan ekspor CPKO pada bulan September 2019 sebesar 41 persen menjadi 41.801 MT dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 29.651 MT.

Ekspor CPKO ke Belanda pada September 2019 melonjak drastis hingga 20,69 persen menjadi 14.000 MT, India naik sebesar 233 persen menjadi 5.000 MT, dan Malaysia meningkat 150 persen menjadi 5.000 MT.

Rendahnya harga CPKO yang ditawarkan serta adanya pemberian diskon untuk menyubstitusi produk minyak kelapa murni (crude coconut oil/CCNO) dengan CPKO menjadikan permintaan CPKO dari negara-negara tersebut meningkat.

Dalam laporan CIF Rotterdam, harga CPKO Indonesia untuk kontrak Oktober 2019-Maret 2020 diprediksi naik sebesar 1,75 persen-2,03 persen. Sementara itu, ekspor Malaysia untuk produk yang sama merosot ke level terendah dalam sembilan bulan terakhir.

Data MPOB mencatat pengiriman CPKO dari Malaysia ke China per September 2019 menurun 70 persen dibandingkan bulan sebelumnya menjadi hanya 19.248 MT. Jumlah ekspor CPKO Malaysia menurun disebabkan pedagang menunda pengiriman untuk bulan Oktober demi memperoleh tarif ekspor 0 persen yang berlaku mulai 1 Oktober 2019-30 Juni 2020.

Tarif ekspor CPKO yang diterapkan sebelumnya adalah 10 persen, sedangkan tarif ekspor RBD PKO (refined, bleached, deodorized palm kernel oil) yang sebelumnya 5 persen menjadi 0 persen.

Pembebasan tarif ekspor kedua jenis produk laurics tersebut bertujuan untuk memacu jumlah ekspor dan mengurangi stok CPKO yang berlimpah khususnya di negara bagian Malaysia Timur seperti Sabah dan Sarawak.

Stok CPKO Malaysia pada bulan September 2019 melonjak 95 persen menjadi 305.280 ton atau dua kali lipat lebih banyak dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hal ini mengakibatkan harga jual CPKO stagnan di level US$570-580/ton. Namun, kemungkinan besar Malaysia akan mengalami peningkatan ekspor setelah China sebagai importir potensial diperkirakan akan melanjutkan pembelian di akhir bulan ini. (*)