Rupiah Keok ke Rp14.162 per Dolar AS

Senin, 07 Oktober 2019

Ilustrasi rupiah dan dolar AS. (Int)

JAKARTA - Nilai tukar rupiah bertengger di posisi Rp14.162,5 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Senin (7/10/2019) sore. Posisi kurs mata uang Garuda ini melemah 0,2 persen dibandingkan penutupan pada Jumat (4/10/2019), Rp14.138 per dolar AS.

Sementara itu, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp14.156 per dolar AS atau melemah dibanding Jumat lalu, yakni Rp14.135 per dolar AS. Pada hari ini, rupiah berada di dalam rentang Rp14.139 hingga Rp14.163 per dolar AS.

Sore hari ini, mayoritas mata uang utama Asia melemah terhadap dolar AS. Ringgit Malaysia melemah 0,25 persen, dolar Singapura 0,23 persen, peso Filipina 0,19 persen, dolar Hong Kong 0,06 persen, bath Thailand 0,03 persen, won Korea 0,01 persen.

Sementara itu, terdapat mata uang yang menguat, seperti yen Jepang sebesar 0,09 persen dan dolar Taiwan 0,02 persen. Pelemahan juga terjadi pada mata uang negara maju di antaranya dolar Australia sebesar 0,55 persen, poundsterling Inggris 0,25 persen, dolar Kanada 0,08 persen dan euro 0,07 persen.

Kepala Riset PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengungkapkan pelemahan rupiah disebabkan oleh kekhawatiran terkait hasil negosiasi perdagangan antara AS dan China yang akan berlangsung pekan ini.

"Tiongkok memberikan sinyal bahwa Tiongkok tidak akan memberikan semua yang diinginkan AS," tutur Ariston, Senin (7/10/2019).

Di sisi lain, tren pelemahan tingkat imbal hasil obligasi AS membatasi pelemahan rupiah.

Sementara itu, Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengungkapkan pergerakan rupiah masih dipengaruhi oleh faktor eksternal.

Di AS, kekhawatiran resesi memudar setelah data penciptaan lapagan kerja, di luar sektor pertanian, periode September 2019 tercatat 136 ribu orang. Selain itu, tingkat pengangguran pada periode yang sama juga turun ke level 3,5 persen dari 3,7 persen pada Agustus lalu.

"Tingkat pengangguran di level 3,5 persen itu merupakan yang terendah dalam 50 tahun terakhir," katanya.

Kendati demikian pelemahan rupiah yang lebih dalam bisa ditahan oleh faktor domestik. (*)