Ekspor Kelapa Sawit Diproyeksi Masih Terbatas

Senin, 07 Oktober 2019

Kelapa sawit. (Int)

MEDAN - Ekspor minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) diproyeksikan masih terbatas. Hal tersebut dipengaruhi outlook harga CPO yang cenderung stagnan, meski produksi CPO diprediksi terus mengalami peningkatan.

Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sumatera Utara (Sumut) Wiwiek Sisto Widayat memaparkan meski pada triwulan III/2019, ekspor CPO meningkat namun masih dibayangi oleh beberapa resiko eksternal seperti perlambatan ekonomi dunia, perang dagang, dan black campaign di Eropa. 

"Sehingga diperlukan optimalisasi perluasan penggunaan CPO di domestik,” katanya, Senin (7/10/2019).

Wiwiek menilai permintaan CPO ditopang oleh serapan biodiesel dan ekspor mitra dagang utama. Dia melanjutkan kebijakan biodiesel di masing-masing negara seperti Indonesia dan Malaysia diharapkan dapat mendorong kenaikan permintaan CPO, di tengah resiko penurunan permintaan dari Negara mitra dagang utama seperti India, Eropa, China yang menguasai pasar hampir 50 persen.

“Tingkat serapan biodiesel akan meningkat, kalau pada 2018 sebesar 10 persen, pada 2019 diperkirakan mencapai 20 persen,” katanya.

Pada 2018, lanjutnya, kebutuhan biodiesel sebesar 3,3 juta ton. Kebutuhan biodiesel diperkirakan akan mengalami peningkatan sebesar 5,5 juta ton pada tahun ini, dan diproyeksi pada 2020 kebutuhan mencapai 7,8 juta ton.

Selain itu, Sumut perlu mempercepat pengembangan sumber-sumber ekonomi baru guna meningkatkan stabilitas ekonomi. Mengingat sumber ekonomi dari komoditas unggulan seperti kelapa sawit dan karet sensitif dengan fluktuasi harga dan ketidakpastian perekonomian global.

Nilai ekspor lemak dan minyak hewan/nabati yang di dalamnya termasuk crude palm oil (CPO) Sumut diprediksi di bawah angka pada tahun 2018.

Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Sumut Timbas Prasat Ginting mengatakan penurunan nilai ekspor dikarenakan harga jual menunjukan tren penurunan. Bahkan, lanjutnya, harga ekspor CPO sempat mencapai 1.800 Ringgit Malaysia per metrik ton.

Walau sudah naik menjadi sekitar 2.100 Ringgit Malaysia, tetapi ada kekhawatiran akan turun lagi karena akan memasuki masa panen puncak tandan buah segar (TBS) sawit.

"Oleh karena harga ekspor berfluktuasi, maka Gapki mengapresiasi dan mendukung kebijakan Presiden Joko Widodo yang menargetkan bahwa pada Januari 2020, Indonesia sudah menggunakan B30 atau bahan bakar biodiesel 30 persen," katanya. (*)