Tabik, Swiss Bukan Norwegia Negeri Anti Kelapa Sawit

Sabtu, 30 September 2017

Langkah Indonesia yang terus melakukan sosialisasi peran sawit di percaturan global sedikit demi sedikit mulai memberikan efek positif. Terjadi pemahaman baru di Eropa. Mereka mulai melihat sawit bukanlah monster yang perlu ditakuti. Tapi sawit adalah pasokan masa depan kebutuhan manusia di dunia. Barbara M ckli-Schneider dari Swiss Asia Chamber of Commerce (SACC) mengakui itu. Dia merasa mendapatkan pencerahan yang sangat komprehensif tentang sawit saat delegasi gabungan Indonesia memberi pemahaman soal realitas sawit. Sebab menurutnya, selama ini di Eropa, utamanya di Swiss, sawit cenderung digambarkan negatif. Swiss yang menjadi ajang promosi dagang Indonesia, utamanya sawit, memang bukan merupakan anggota Uni Eropa (UE). Namun yang perlu diingat, kebijakan UE sangat berpengaruh terhadap kebijakan Swiss. Itu karena UE merupakan mitra dagang utama Swiss. Pelarangan total penggunaan biofuel dari kelapa sawit oleh Norwegia pada Juni 2017 dikhawatirkan akan mempengaruhi Swiss. Sebab Swiss bersama dengan Norwegia, Islandia, dan Liechtenstein adalah anggota European Free Trade Association (EFTA) yang beroperasi secara pararel dengan UE dan yang terlibat pada European single market. Duta Besar RI untuk Swiss, Linggawaty Hakim mengatakan, meskipun berada di tengah Eropa, Swiss mengadopsi pendekatan positif terhadap komoditas kelapa sawit, khususnya yang berasal dari Indonesia. Untuk itu Swiss tidak memboikot sawit seperti Norwegia, tapi Swiss justru secara aktif menyalurkan bantuan pembangunan dan pembinaan bagi produksi berkelanjutan kelapa sawit di Indonesia. Ini yang memberi apresiasi berbagai kalangan terhadap sikap negeri yang tetap netral ini. Indonesia Business Forum di Zurich ini merupakan rangkaian kunjungan delegasi kelapa sawit Indonesia ke Swiss. Tujuannya untuk mendobrak hambatan non-tarif dan diskriminasi terhadap sawit. Pada tanggal 26-27 September 2017, delegasi juga menghadiri forum publik  di World Trade Organization (WTO) dan pertemuan dengan United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) di Jenewa. jss