Permintaan CPO Melesat Saat Produksi Menurun Karena Musim Kemarau

JAKARTA - Harga komoditas minyak sawit atau crude palm oil (CPO) terus melejit di tengah berbagai sentimen. Kamis (22/9/2019), harga CPO kontrak pengiriman November 2019 di Malaysia Derivative Exchange naik 2,17 persen ke level RM 2.256 per metrik ton.

Laju kenaikan harga CPO sulit dibendung. Ini mengingat dalam sepekan terakhir, harga komoditas tersebut telah menguat 2,54 persen.

Direktur Garuda Berjangka Ibrahim menilai, kemarau berkepanjangan yang terjadi di Indonesia dan Malaysia berdampak negatif bagi pertumbuhan tanaman sawit. Hasilnya, produksi CPO di kedua negara tersebut menurun.

Padahal, permintaan CPO tengah meninggi. Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pidato kenegaraannya beberapa hari lalu menyatakan bahwa Indonesia akan fokus pada pemanfaatan biodiesel B20. 

"Minyak sawit juga rencananya akan dipadukan dengan bahan bakar pesawat,” tambah Ibrahim, Jumat (23/8/2019).

Ia menyebut, jika perpaduan CPO dengan avtur terealisasi, hal ini berpotensi menyerap 60 persen produksi komoditas tersebut dari Indonesia dan Malaysia. Praktis, hanya 40 persen saja porsi produksi CPO yang dapat dinikmati oleh para pengimpor seperti China, India hingga Korea.

Permintaan CPO dari China sebenarnya sedang meningkat. Hal ini tak lepas dari efek perang dagang yang membuat negeri tirai bambu enggan untuk mengimpor minyak kedelai dan minyak biji bunga matahari dari AS.

“Potensi permintaan CPO dari Indonesia dan Malaysia di China berpeluang meningkat, apalagi harga CPO lebih murah dibandingkan minyak kedelai,” papar Ibrahim.

Tingginya permintaan dari China setidaknya dapat menutupi sentimen politik dari Eropa yang masih melarang penggunaan CPO untuk biodiesel.

Ibrahim melanjutkan, sentimen seperti gangguan cuaca pada dasarnya hanya bersifat sesaat. Ke depan, perkembangan masalah perang dagang hingga masalah kampanye hitam penggunaan minyak sawit dari Uni Eropa masih akan berpengaruh besar terhadap harga CPO di pasar.

Dari sisi teknikal, bollinger band moving average 30 persen di atas bollinger bawah. Ini mengindikasikan harga CPO masih berada di area tengah dengan potensi menguat dan melemah sama kuat. Sementara itu, indikator stochastic 70 persen positif. Adapun indikator MACD dan RSI 60 persen positif.

Proyeksi Ibrahim, di perdagangan Senin (26/8/2019) nanti, harga CPO akan bergerak di kisaran RM 2.247-RM 2.273 per metrik ton. Sedangkan sepanjang pekan depan, harga CPO akan bergulir di area RM 2.235-RM 2.274 per metrik ton. (*)

Baca Juga