Kemampuan bersebadan antara suami dan istri tidak selamanya kuat dan stabil. Seiring dengan bertambahnya umur, tentu saja tenaga akan berkurang. Begitu pula kemampuan seksualnya.
Gairah itu bukan saja pada pria, wanita malah bisa lebih parah. Oleh pakar seksologi disebutnya impoten bagi pria, dan frigid untuk kaum wanita. Jika mengalami impoten atau frigid, maka semangat hidupnya terasa berkurang. Untuk itu, banyak orang mencari obat kuat, ramuan tradisional, jamu dan pijat syaraf. Tujuannya, yang loyo menjadi perkasa.
Ketika usia belasan tahun, dorongan birahi memang begitu menggebu. Begitu melewati umur 20 tahun ke atas, maka birahi yang memuncak itu dapat terlampiaskan. Bahkan, bukan sekadar melampiaskan. Namun frekuensi bersebadan meningkat tajam, sehingga nyaris tiap hari tidak melewatkan senggama. Malahan, tidak mengenal waktu, dan tak terhitung berapa kali sehari semalam melakukan itu.
Namun, begitu usia mencapai 45 tahun ke atas, kemampuan itu menurun tajam. Meski tidak drastis, tapi sudah tidak stabil lagi. Apa lagi kalau sudah menapaki usia 50 tahun, yang tersisa hanya semangat. Untuk itu mereka mencari jalan keluar. Para pengusaha obat-obat kuat, faham betul masalah ini. Yang populer adalah Viagra.
Mengembalikan kemampuan bersebadan dengan cara mengkonsumsi obat-obat kuat, lemak dan makanan berkalori tinggi memang sah-sah saja. Tapi, jika berlebihan tidaklah baik menurut kacamata ajaran agama. Sebab, bisa merusak fisik dan jiwa.
Para alim menganjurkan hendaknya tidak terlalu memperbanyak frekuensi bersenggama. Jika sudah menjadi kesenangan, akan membahayakan dan akan membebalkan kecerdasan akal. Selain lupa pada yang memberi kenikmatan dan kepuasan senggama.
Imam Ghozali mengingatkan, yang terpenting dari aktivitas bersebadan adalah sama-sama memperoleh / merasakan inzal (orgasme). Jika seorang suami mendatangi istrinya, lalu ia sendiri yang memperoleh inzal, maka akan membuat istri tersiksa dan merana. Karena itu, Nabi Muhammad SAW menganjurkan sebelum bersebadan, hendaknya bercumburayu terlebih dulu.
“Sangat tidak diperbolehkan seseorang mengumpuli istrinya sebagaimana binatang bersetubuh. Akan tetapi hendaklah ada perantara antara keduanya. Beliau lalu ditanya: “Apakah perantara itu? Beliau lalu bersabda : “Ciuman dan rayuan.” (HR Dailami).
Tujuan orang menikah pendorong utamanya adalah agar bisa tersalurkan nafsu seksualnya, baik pria maupun wanita. Karena itu, bagaimana penyaluran nafsu seksual itu bisa terpenuhi sepuas-puasnya. Karena itu, Rasulullah menganjurkan sangat penting melakukan cumbu rayu sebelum memulai senggama.
Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, ditegaskan: “Apabila salah seorang di antara kalian bersetubuh dengan istrinya, maka janganlah keduanya langsung telanjang (tanpa cumbu rayu) seperti perilaku dua keledai. Akan tetapi hendaknya mendahului dengan tutur kata yang lembut dan ciuman.”
Dari A’isyah ra, sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, menjelaskan, sebelum jima’ dengan para istrinya, Rasulullah SAW selalu mendahului dengan cumbu rayu. “Sesungguhnya, Rasulullah SAW mencium A’isyah dan mengecup bibirnya.” (HR. Abu Dawud)
Cumbu rayu itu dimaksudkan untuk membangkitkan syahwat sang istri. Jika sama-sama sahwatnya kuat, maka pihak suami tidak memperoleh inzal sendiri. Sebab, wanita gairahnya lebih dalam dan lama, sehingga inzal nya harus dipacu. Dan akan merasakan kenikmatan kebahagiaan yang tiada tara apabila mencapai inzal bersama-sama.
TipsKuatSenggama
Seseorang yang sudah usia lanjut, tentunya kemampuan seksnya tidak stabil lagi. Untuk itu, banyak cara atau terapi yang biasa dilakukan. Ada resep kuno yang dapat membangkitkan semangat bersenggama, baik untuk pria maupun wanita. Yaitu empedu kelinci.
Seekor kelinci, dipotong dengan cara yang benar dan baik menurut agama, lalu dibelah untuk diambil empedunya. Empedu itu lalu diminum. Insya Allah, burung yang loyo bisa tegang lalu terbang menerkam lawannya. jss