Makam Nyi Dlongeh dikeramatkan. Auranya masih kuat. Jangan kaget jika di hari tertentu banyak orang ngalap berkah di tempat ini. Anehnya, terbanyak dari mereka adalah dalang dan pesinden (waranggana).
Makam Nyi Dlongeh terletak di Dukuh Jatiroto, Kelurahan Ringin Putih, Karangdawa, Klaten. Pengunjung yang datang ke makam ini ramai di malam Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon. Dari berbagai pelosok daerah ngalap berkah. Didominasi dalang dan sinden. Tujuan utamanya, berharap suaranya menjadi lebih bagus.
“Kenyataannya memang demikian. Orang-orang yang datang di makam ini percaya, sawab dari Nyi Dlongeh bisa menjadikan suara bisa lebih bagus, merdu dan bersih. Selain mencari penglarisan bagi mereka yang punya profesi sebagai sinden dan dalang,” kata salah satu warga setempat.
Menurut cerita yang berkembang, Nyi Dlongeh merupakan seorang sinden kondang zaman Kerajaan Mataram. Kegemarannya mbarang (mengamen) ke berbagai daerah. Karena wajahnya yang begitu cantik, luwes, dan menggemaskan, tidak mustahil banyak lelaki yang tertarik dan kasmaran.
Suatu hari, Nyi Dlongeh dan rombongan pengrawitnya ditanggap oleh prajurit Keraton Mataram. Itu untuk menghibur para prajurit yang baru saja memenangkan peperangan. Tanpa ragu Nyi Dlongeh melaksanakan tugasnya nyinden (menyanyi).
Ketika itu dilakukan, secara diam-diam banyak orang terpana suaranya. Termasuk salah seorang Tumenggung yang hadir, tertarik, dan ingin memperistrinya.
Nyi Dlongeh menjadi ketakutan. Sebab dia tahu, bahwa dirinya bukanlah wanita asli. Nyi Dlongeh itu seorang banci. Maka ketika malam kian larut dan Tumenggung itu tak beringsut, Nyi Ndlongeh resah. Akhirnya ia menolak untuk diajak berhubungan intim dengan alasan sedang nggarapsari (bulanan).
Malam itu sang Tumenggung bisa memaklumi. Tapi malam-malam berikutnya alasan itu dianggap tidak masuk akal. Saat nafsu birahinya memuncak, Tumenggung itu memaksa Nyi Dlongeh. Dia menyuruh Nyi Ndlongeh menanggalkan pakaiannya.
Alangkah terkejutnya Sang Tumenggung, saat tahu siapa Nyi Dlongeh yang sebenarnya. Tumenggung itu marah, dan secara dedemitan (sembunyi-sembunyi) menyuruh salah satu prajuritnya membunuh Nyi Dlongeh. Nyi Dlongeh pun akhirnya mati terjerat selendang.
Menurut cerita warga, karena banyaknya peziarah yang datang ke makam ini, sesuai kesepakatan masyaralat, pernah akan mengangkat juru kunci untuk merawat makam Nyi Dlongeh ini. Tapi selalu gagal. Tidak ada yang kuat godaan. Malah ada beberapa yang meninggal dunia.
“Nyi Dlongeh itu tidak senang dengan yang namanya penguasa. Maka makamnya sampai sekarang tidak ada juru kuncinya.” jss